Cowok Jawa Papua

Ini hari dimana Kiara akan pergi ke luar kota dan tinggal disana sendirian. Untuk yang pertama
kalinya akan jauh dari keluarga tanpa ada sanak saudara disana. Berat rasanya meninggalkan kota kelahiran tapi ini semua agar bisa hidup lebih mandiri. Kiara akan tinggal di sebuah rumah yang penuh dengan kamar sewaan dan salah satu kamar itu disewanya untuk menjadi miliknya sementara. Kamar yang kecil dengan dua jendela disamping pintu dan satu meja panjang serta kasur busa yang lumayan empuk itu menjadi satu-satunya termpat tinggalnya sekarang ini. Kamar itu berukuran mini tanpa kamar mandi didalamnya tapi meski begitu kamar mandi umum tepat disamping kamarnya dan kamar itu letaknya di lantai atas dengan balkon berwarna biru keabuan lantainya. Pemandangan dari atas cukup indah meski hanya atap-atap rumah komplek yang terlihat hehe…
            Kos-kosan itu dipilih karena letaknya tidak jauh dari kampus tempat dia menuntut ilmu hanya berjarak 100 meter saja jadi bisalah jika ditempuh dengan berjalan kaki untuk sesekali menghemat pengeluaran hehe.. Warga kos-kosan itu sekitar kurang lebih 13 orang yang diketahui bisa jadi itu lebih. Tiga hari sebelum masa perkuliahan dimulai Kiara sudah ditinggalkan disana untuk beradaptasi sebelum masa Orientasi. Susah juga ternyata mengakrabkan diri dengan sesama warga kosan yang dominannya kakak tingkat itu tapi akhirnya dia bisa cepat akrab dengan tetangga kamar namanya Kak Lista, dia tidak satu daerah dengannya tapi dia cukup baik seperti menganggapnya sebagai adik. Tempat makan, fotocopyan, rental jasa pengetikan, warnet serta mini market dia tunjukkan letak-letaknya padanya. Kiara yang dua tahun lebih muda darinya bak seorang yang baru mengenal kehidupan karena lebih banyak bertanya dan bengong ketika Kak Lista menunjukkan tempat-tempat yang mungkin akan Kiara butuhkan nantinya. Kiara sangat berterima kasih sekali bisa mengenal Kak Lista dengan waktu yang singkat.
            Setelah masa Orientasi selesai dan sekarang Kiara telah resmi dilantik sebagi seorang mahasiswa kini tinggal saatnya mulai berkutat dengan pelajaran. Hari pertama tanpa seragam hitam putih, rambut terkuncir rumit, dan pernak pernik aneh lainnya dimuali dengan mendapatkan beberapa Test untuk melihat kemampuan pengetahuannya. Hari berikutnya pengelompokkan kelas telah terpampang di madding Fakultas Pendidikan Bahasa Jepang lalu terteralah nama Kiara Darmawan di urutan ke 15 kelas A. Ketika itu Kiara bingung tanpa seorang yang dikenal sampai pada akhirnya seseorang memperkenalkan dirinya bernama Citra dan itu teman pertamanya. Kiara dan Citra berbincang kemudian lambat laun berkerumunlah orang-orang lainnya lalu mereka saling berkenalan satu sama lain. Kertas didinding tadi memberi tahu letak kelas yang harus mereka tempati yaitu ruang 1.01 dilantai bawah gedung yang berlantai lima itu. Sesampainya di depan ruangan itu ternyata didalamnya masih ada yang menempati jadi mereka tepatnya Kiara dan Citra juga teman perempuan yang lainnya menunggu orang-orang didalam ruangan itu keluar dengan duduk santai dibawah tangga yang saat itu sepi jarang orang lewat.
“Maaf, mba Kelas A Jepang angkatan 2010 bukan?” tanya cowok yang tiba-tiba muncul dari balik ruangan itu tepat dihadapannya
“Iya, kenapa?” jawabnya heran
“Mari kita masuk ruangan” ujarnya menunjuk ke arah ruangan yang kini telah kosong
            Kita semua yang terduduk itu memasuki ruangan tanpa bertanya lagi langsung menurut saja pada cowok itu. Kemudian setelah dirasa semua yang tercantum sebagai kelas A itu memasuki ruangan maka cowok yang tadi mengagetkan mulai berkicau. Kiara masih heran dengan cowok itu yang bersemangat menjelaskan tentang karakteristik fakultas, jadwal mata kuliah, Dosen Wali, dan aturan penempatan ruang kelas yang selalu berpindah bahkan sampai lantai lima itu. Setelah lama berbicara barulah cowok itu menyadari untuk memperkenalkan diri yang sebenarnya dari sejak awal telah ditunggu-tunggu oleh Kiara. Tercengang Kiara saat mendengar perkenalan dari cowok itu namanya William Alamsyah panggilannya Will. “Hah? Dikira dia Asisten Dosen atau Kakak kelas dan ternyata teman satu kelas sama-sama mahasiswa baru” pikir Kiara dengan tawa kecil. Cowok itu tidak terlihat tua dengan tampang yang imut, centil, bertubuh tinggi, berkulit gelap tapi tidak terlalu gelap sih, berambut keriting dan berjaket biru tua berpadu abu sepintas sih keren seperti pemain basket NBA. Pengetahuannya yang luas itu yang membuat cowok itu tak disangka bahwa dia sama-sama mahasiswa baru oleh Kiara.
“Jadi siapa yang mau menjadi ketua kelas ini?” tanya cowok itu diakhir perkenalan
“Kamu saja ! gimana setuju ga teman-teman” ujar seseorang dari tempat duduk belakang
            Tak perlu waktu lama semua orang bersorak namanya lalu berlanjut pada pemilihan wakilnya, bendahara dan satu lagi sekertaris.
“Untuk sekertaris bagaimana kalau dia?” tunjuk cowok itu pada Kiara yang diam-diam sedang membaca pesan singkat di handphonenya
Kiara mengangkat kepala ingin tahu siapa yang ditunjuk cowok itu dan terkejut gadis itu melihat semua mata telah tertuju padanya serta jari telunjuk tepat mengarah padanya seperti anak panah yang siap untuk dilepaskan.
“hah?” Kiara kaget
“Yaah, Setuju !” teriak orang yang sama dari tempat duduk belakang tadi
“Yah sudah dia saja” yang lainnya mulai bersuara
“Baiklah oragnisasi kelas telah terbentuk kini tinggal tunggu Dosen Wali kita” jelas cowok itu yang tak lama kemudian ibu Diana yang menjadi Dosen Wali kelas Kiara memasuki ruangan dan menyapa.
            Penjelasan yang hampir sama disampaikan Dosen muda yang cantik itu lalu tugas pertama Kiara dimulai dengan memfotocopy jadwal mata kuliah dan lain halnya. Tugas itu berlanjut kemudian di hari-hari berikutnya “hhmm…Jadi disini sekertaris lebih dominan bertugas untuk memfotocopy selain dari mencatatan” gumamnya. Perkuliahan yang sesungguhnya dimuali minggu berikutnya dengan berbagai macam tugas. Setelah hampir tiga minggu Kiara tak pulang maka rasa rindupun teramat sangat dia rasakan untuk keluargannya, sahabatnya, dan juga teman specialnya. Baru saja gadis itu merasakan kehangatan orang-orang yang dirindukannya sudah harus pergi lagi meski berat tapi dia tetap semangat.
            Jika gadis itu sudah sampai dikota rantauannya itu dia akan lupa kesedihan karena kerinduan dan keinginan tetap tinggal bersama keluarganya. Semakin sibuk saja dia kini hingga komunikasi bersama keluarga, sahabat serta teman specialnya itu lambat laun mulai berkurang bahkan hubungan dengan teman specialnya yang didasari atas nama cinta itu semakin memudar. Meski begitu masih banyak hal lain yang bisa dia jadikan sebagai hal penting yang difikirkan. Kesulitan mulai terasa dalam menjalani perkuliahan di awal semester pertama itu maka mereka membentuk kelompok belajar bersama Will cowok yang otaknya super smart cocok lah untuk menjadi seorang guru. Dengan sabar cowok itu mengajari teman-temannya termasuk Kiara hingga tak jarang mereka pulang lebih lama dari yang telah dijadwalkan. Pengalaman pertama yang menyenangkan dimulai setelah Will mengetahui jika tempat Kiara tinggal tidak jauh dari tempat tinggalnya. Sore itu tepat pukul empat sore mereka keluar kampus, Kiara yang biasa pulang bersama Citra kini bersama Will karena Citra harus pergi menemui saudaranya yang kebetulan ada urusan di kota itu dan ini kesempatan emas untuk meminta tambahan bekal untuk Citra katanya. Kiara pulang dengan berjalan kaki sore itu sekalian berolahraga bersama cowok pencinta alam yang tempat tinggalnya tak jauh dari gadis itu. Mereka melewati jalan pintas ke komplek elit jalan Mawar yang tembusannya itu komplek perumahan biasa jalan Melati tempat diamana Kiara kemudian jalan Indah tempat tinggal Will. Sepanjang jalan mereka berbincang dan sesekali bercanda untuk lebih menggembirakan suasana jalanan yang sepi.
“Will, kamu itu keturunan mana sih?” tanya Kiara penasaran dari sejak pertama kali bertemu
“Ibuku jawa ayahku papua” jawab Will singkat
“Oh..Alamsyahnya dari mana? Nama Alamsyah kayaknya asing deh untuk Papua hehe..” tanya Kiara lagi sedikit bercanda
“Dari Jepang ! haha..itu nama dari kakekku ayahnya ibu” tembal cowok itu sama bercanda
            Tiba-tiba ditengah perjalanan suara yang mengejutkan keduanya terdengar
“Guk..guk..guk” dari salah satu rumah
“Will, apa itu suara anjing?” pertanyaan konyol terlontar dari mulut Kiara
“Bukan itu harimau ! emh..Ara, tentu saja itu anjing !” tembal cowok itu
“Will?” cewek itu mulai getir
“Ara..aa, KABURrrr… !!” Teriak will berlari kemudian
            Mereka berlari hingga ujung jalan tembusan jalan Melati dengan nafas yang terengah-engah mereka berhenti dan tertawa menertawakan tingkah konyol mereka.
“Cape ya? Kuat banget kamu larinya” tanya cowok yang ngos-ngosan itu
“Iya lah, tadi tu takut banget. Anjingnya gak ngejar-ngejarkan?” Kiara mengatur nafas sambil melihat ke belakang memastikan mereka tidak terkejar anjing itu
“Gak bakal kali secara rantainya terpasang kuat dan pintu gerbang rumah tadi juga terkunci haha..” tutur Will tertawa puas menjahili Kiara
“heh?” Kiara mengerutkan dahinya
            Kiara yang merasa tertipu bukannya marah malah ikut-ikutan tertawa lalu kemudian mereka melanjutkan jalannya dengan tak hentinya tertawa. Sore itu mengawali kedekatan antara Will juga Kiara. Seiring berjalannya waktu perasaan yang tidak biasa tumbuh dari keduannya namun yang paling mencolok itu terlihat dari sikap Will terhadap Kiara yang berbeda dibandingkan terhadap teman yang lainnya. Citra maupun Kiara sendiri menyadari hal itu namun Kiara tetap berpura-pura tidak tahu dan tak ingin tahu. Posisi yang sulit untuknya yang telah berpacaran dari sejak awal masuk Universitas dengan rekan SMA dulu. Dan hubungan mereka memang sedang merenggang akibat komunikasi yang tidak lancar.
            Will yang gencar mencari tahu tentang status cewek yang disukainya itu akhirnya mengetahui kebanaran tentang status cewek itu yang telah berpacaran. Akun jejaring sosialnya menyatakan bahwa Kiara telah berpacaran dengan Geovani lalu cowok yang masih penasaran itu menanyakannya pada Citra dan saat gadis itu berkata “Ya” sungguh betapa patah hatinya cowok keturunan jawa-papua itu. Sikapnya mulai menjauh dan jarang lagi menganak emaskan cewek pujaannya itu. Perubahan semakin terasa tidak nyaman oleh Kiara yang sebenarnnya gadis itu juga mempunyai perasaan yang sama.
            Semakin tidak betah gadis itu tinggal di kota yang tak pernah dia kenal itu sebelumnya tak jarang dia mengeluh untuk ingin pindah tapi itu hanya sebuah keluhan dalam hati jadi perubahan tak pernah terjadi. Seiring berjalannya waktu hubungan antara Kiara dan Geovani berakhir dan itu merupakan pukulan yang sangat menyakitkan untuk gadis itu yang baru pertama kali terkena yang namanya virus cinta. Perbedaan pendapat, pertentangan dari pihak keluarga dan adanya keraguan dalam diri Kiara itu yang menyebabkan cewek itu mengakhiri hubungannya dengan cowok yang sangat dia cintai. Will yang mengetahui bahwa hubungan asmara Kiara dan Geovani telah usai maka dia berfikir kalau ini kesempatan untuknya. Butuh waktu untuk Kiara mentralkan susana hatinya saat itu yang menjadikan gadis itu sangat sensitive cepat marah dan tersinggung. Sebenarnya bukan maksud Will untuk menyinggung apalagi mengejek berakhirnya hubungan percintaan Kiara tapi gadis itu terlalu sensitive maka dia marah sekali pada Will sehingga cowok itu mengurungkan niatnya untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan itu.
            Will menyadari bahwa gadis itu sepertinya sangat menyukai cowok keturunan China itu dan menyangka kalau mereka akan kembali jadian. Cowok itu entah kapan dan tepatnnya tidak tahu pasti tiba-tiba menggandeng seorang cewek manja yang diakuinya sebagai kekasihnya. Gossip hangat itu ramai diperbincangkan kelas mereka lalu Kiara yang melihat langsung mereka dari balik jendela lantai tiga di area parkir itu terlihat mereka sedang berjalan bersama, lalu seperti terasa olehnya ada yang memperhatikan dari atas maka tiba-tiba cowok itu menadahkan kepalanya kelangit dan terlihat Kiara dari balik jendela itu. Kiara kesal sebenarnya tapi kekesalannya mampu disembunyikannya dari semua orang terkecuali Citra sahabatnya.
            Meskipun cowok itu sudah memamerkan pasangannya namun sepertinya cowok yang satu itu masih mengharapkan Kiara tapi bingung juga ikatan sudah tersambung pada cewek lain yang entahlah benra-benar disukainya atau tidak. Seiring berjalannya waktu anak emas tetap menjadi milik Kiara dan memang tak bisa dipungkiri cewek itu tetap menjadi yang special dimata Will. Kiara yang tidak lagi merumitkan soal kandasnya cinta pertamanya dan juga kekecewaannya terhadap perubahan Will maka gadis itu mulai fokus bahkan amat sangat fokus pada kuliahnya yang sebentar lagi akan menginjak tahun kedua. Tanpa terduga-duga seperti waktu itu disuatu sore tepat jam empat sore dimana kali ini Kiara tengah berjalan pulang seorang diri lagi tanpa Citra yang kali ini dia sedang latihan Tari Tradisional bersama anggota tim kesenian lainnya.
“Ara!” sapa seseorang mengagetkan
“Will?” sahut Kiara kaget
“Yuk, naik sepedaku !” ajak Will
            Cewek itu masih diam berfikir kemudian mulai memegang bahu cowok itu dan berdiri menaiki palang besi yang tercipta untuk penumpang berdiri. Sepedapun mulai dikayuh cowok itu perlahan hingga kecepatan sedang.
“Ara, Maaf ya !” ujar cowok itu ditengah perjalanan dengan sejenak berhenti mengayuh
“Heh?” lagi-lagi cewek itu mengerutkan dahinya
“Iya, sama-sama” ujarnya kemudian serta senyum tercipta dari keduanya
            Sepeda kemudian melaju kencang dan ketika melewati rumah yang anjingnya selalu menggonggong pada siapaun yang lewat depan rumah itu mereka berdua tertawa dan tak hentinya tertawa.

Terinspirasi oleh seseorang yang mengabaikanku saat itu hahaha...
Karya: Niken Resminingtyas

Komentar