Hujan Dimataku


Hujan Dimataku
          Senyum itu senyum yang melesung pipi itu sungguh aku tak pernah lagi melihatnya lagi sejak aku memutuskan untuk pergi meraih cita-citaku. Masih teringat jelas dibenakku saat pertama kali aku melihat senyum manis itu diwajahnya yang memancarkan aura semangat padaku. Sejak itu aku masih berada dalam ruang lingkup seragam putih abu sunggu aku tak bisa melupakan itu. Berawal dari sebuah harapan dengan ingin mengenalnya,  mendekatinya, menjadikannya sahabat  hingga akhirnya jalinan cinta diantara kita menumbuh kembang menjadikan kita sepasang kekasih. Perjalananan itu sungguh sangat menyenangkan bertahun-tahun kita saling mengisi hari-hari kita dengan tawa, riang canda, suka duka kita curahkan bersama. Tanpa sadar hubungan kita semakin erat dan aku semakin yakin kalau dialah yang akan menjadi yang pertama dan terakhir dalam hidupku.
          Hidup tak selamanya menyenangkan angin tak selamanya berhembus tenang seperti dalam kisahku,  seolah ada badai  hebat angin kencang menerpa yang membuat aku harus meninggalkan apa yang menjadi kebahagiaanku luluh lantah semuanya yang tersisa hanyalah sebuah kenangan yang diam membisu menusuk jemari hatiku. Dengan kekuatan yang ada aku bangkit aku pergi menuju lautan lepas dimana kutemukan berbagai macam hal yang belum pernah aku temui saat aku berada dalam sepucuk daun di tengah kota kecil yang damai. Tempat baruku tak membuat aku lupa akan apa yang telah terjadi setiap hari setiap waktu aku terus berada dalam bayang-bayang semu. Apapun aku lakukan untuk mengubah hidupku menjadi seperti biasa tak ada kekesalan tak ada kesedihan yang ada secercah cahaya kecil yang mengiringi langkahku yang menjadi kebahagiaanku.
          Di tempat itu kudaki impianku menjadi seorang sastrawati  seolah aku tak mampu dan memang aku tak mampu untuk melupakannya aku lalui hari-hariku dengan hayalanku bersamanya, itu tak dapat ku pungkiri aku berhasil melawati masa-masa sulitku dengan sempurna. Tibalah saatnya aku pulang dengan membawa seberkas kertas dengan dihiasi tinta hitam yang tertulis jelas namaku disitu itulah sebuah kebanggaan besar untuk orang tuaku. Aku tak dapat membalas jasa mereka yang telah merawatku, melindungiku hingga aku sebesar ini hanya ini yang bisa aku lakukan dengan mewujudkan apa yang mereka inginkan. Sambutan hangat pelukan mesra  tumpah ruah semua kasih sayang mereka padaku saat aku menginjakan kakiku di teras rumahku , tempat ini tempat yang aku rindukan. Senyum manis diwajah mereka terpancar begitu indah hmm…inilah kebahgiaanku.
          Kembali aku melakukan aktivitas ditempat itu tempat dimana aku dilahirkan tapi dengan posisi yang berbeda sekarang aku sudah menjadi seorang editor disalah satu penerbit terkemuka dikotaku. Kujalani propesiku dengan santai dan menyenangkan menikmati hidup bersama sahabatku yang kurindukan. Dulu ketika aku harus meninggalkan kota ini banyak harapan yang aku buat salah satunya aku ingin sekali bersama-sama lagi dengan sahabat karibku itu dan seiring dengan waktu yang bergulir kita dipertemukan lagi bersama-sama meniti karir dalam sebuah naungan management yang sama. Setelah beberapa lama aku disini tak bisa aku berbohong aku ingin tau tentang  seseorang yang kuanggap dia adalah bintangku di malam hari dan mentariku disiang hari, telah lama aku tak mendengar kabarnya dan aku juga tak berani menanyakannya karena ku tak ingin mengusik kehidupannya walau aku tak bermaksud begitu tapi setelah aku memutuskan untuk pergi itu aku seolah penjahat yang kejam meninggalkanya begitu saja padahal jauh dilubuk hatiku aku tak bermaksud begitu, malah aku menyakiti diriku sendiri dengan menjalani hari bersama bayangannya yang tak bisa kulupa.
          Aku yang berani mencari tahu sendiri mengorek-orek informasi tentangnya tanpa sahabatku tahu, mendengar kisahnya yang baru sungguh menusuk dadaku menyayat-nyayat hatiku. Tak lama aku pergi meninggalkan kota ini untuk menyelesaikan pendidikanku banyak hal yang berubah dan aku hampir tak mengenali lagi tempat ini. Aku pergi seolah menghilang aku hanya ingin berfokus untuk lulus tepat waktu hmm..begitu besar hasratku untuk ingin menemuinya tapi aku tak ingin menjadi duri dalam hidupnya yang menuai luka masa lalu menghasilkan perih, kini dihatinya tak ada lagi aku posisiku telah tergantikan oleh seseorang yang memang pantas untuknya. Aku hanya bisa berdiri kaku memandang mereka dari kejauhan dengan hujan dimataku,  seolah waktu terhenti  bayangan masa lalu bermunculan membuatku ingin menjerit sekencang-kencangnya. Saatku berbalik arah kulihat sesosok makhluk yang tak asing lagi melapangkan dadanya dan akupun langsung menghampirinya membanjirinya dengan bituran-bitiran mutiara dari mataku dalam hati ku berkata “sahabat sejati selalu ada dalam situasi dan kondisi apapun, Rara, Sheila, cha-cha  merekalah sahabat sejatiku”.  aku Rasti yang paling tangguh diantara mereka telah lemah tak berdaya karena cinta hmm…cinta yang telah membuatku ditertawakan  mereka haha,,,itulah sepotong kisah ketika hujan dimataku yang membanjiriku yang menjadikanku seolah seperti aku bukan diriku ketangguhanku terkalahkan oleh cinta haha..
By : Niken Resminingtyas
      (i_Ken Ara Araleee Peot)
Terinspirasi dari hujan yang setiap sore melanda kotaku hehe… ^_^
 Hanya fiktif belaka ( >_o ) hehe… ^_^

Komentar