Ketika Balon Meletus


Ketika Balon Meletus
          Pagi yang indah diawal bulan dengan pancaran sinar matahari yang menghangatkan tubuhku hembusan angin segar yang sejuk membangkitkan semangat menambah gairah hidup. Seprti biasa pagi-pagi aku bangun bersiap tuk mencari ilmu kemudian aku berangkat sekolah bersama sahabatku yang rumahnya berada tidak jauh dari rumahku tepatnya berada disebelah yaa..sebut saja tetangga gitu lho hehe…
          Ku rasa ada yang aneh dipagi ini tapi apa??? tak dapat ku tebak hanya senyum yang tidak jelas dari seluruh keluarga yaitu ayah, ibu, dan kedua kakaku seolah mereka menyembunyikan sesuatu. Hmm..mungkin hanya perasaanku saja. Aku berangkat tepat pukul 6.30 with Rita my best friend, kita berangkat naik angkot dengan jarak tempuh sekitar 20 menitan. Sepanjang perjalanan gelagat Rita agak sedikit aneh sedikit cuek acuh hmm..tidak seperti biasanya yang cerewet meskipun banyak masalah dia selalu enjoy tapi sekarang seperti baru pertama kali mengenal canggung rasanya, ah..tapi aku tak peduli aku harus tetap tersenyum seperti mentari yang bersinar hangat tersenyum pada dunia.
          Sepertinya keadaan memaksaku untuk bertanya pada Rita kenapa dia mendiamkanku sampai jam pulang sekolah sampai kita akan kembali lagi kerumah dia tetap diam seperti bukan Rita yang kukenal. Hari ini aku pulang cepat karena tak ada jadwal kegiatan lain lagi yang ahrus ku ikuti. Tiba didepan gerbang sekolah aku bertanya pada Rita sambil menunggu angkot yang biasa kami tumpangi yang akan lewat tepat berada didepan rumah kita,
 “ Tha boleh aku tanya sesuatu? ”
 “ Boleh mau tanya apa Ry? ”  (sambil membaca buku dan tak menoleh sedikitpun)
“ emm..hari ini ko kliatannya kamu diem, ada masalah ataukah ada yang salah denganku? “
“ Kenapa Ry ga suka?? ( sambil menutup buku dan menatapku tajam dengan sangat sinis) “ kalo gitu aku pulang duluan “ ( Rita berjalan menjauh mengejar angkot yang hampir penuh sesak dengan orang berseragam putih abu )
“ lho ko bukan gitu tha aku kan cuma bertanya kenapaaa ko marah gitu sih tha kembalii tunggu akuuuu” ( aku yang terheran-heran berteriak sambil mengejarnya namun hasilnya nihil angkot melaju meninggalkanku )
          Dengan perasaan sedih dan bingung aku pulang sendiri dan sampailah aku tepat didepan rumahku. Aku menoleh ke arah  samping ke arah rumah sebelah yang bermotif sama yang tidaklah lain rumah Rita, aku hendak melangkah ke arah rumah itu tapi ku pikir kembali  aku takut suasana semakin memburuk jadi kupikir nanti sore saja aku bicara pada rita mungkin suasananya sudah tidak begitu buruk hingga kita bias berbicara dengan kepala dingin, aku pun melangkah kembali kearah rumahku. Sampai aku didepan pintu rumah dengan tidak begitu bersemangat aku membuka pintu rumah kutekuk wajahku hingga pandanganku mengarah kelantai kramik putih yang mengkilat itu. “assalamualaikum” aku mengcapkan salam seraya membuka pintu tadi tiba-tiba suara yang bermacam-macam bentuk menjawab salamku  “waalaikumsalam”  aku sangat kaget saatku tegakkan kepala WaoW..tulisan didinding ruang tamu yang indah bertulisan Happy Birthday Merry dengan hiasan pita yang tergantung disana sini serta balon yang digantung dan yang berserakan diruangan itu, kue ulang tahun yang indah di tangan ibu terompet mungil di mulut ayah tebaran senyum dan nyanyian merdu dari kedua kakaku dann eeitzz..Rita berada juga diantara mereka dengan topi kerucut dan hidung badut bernyanyi dan menghampiriku yang kaku didepan pintu kemudian menggandengku mendekati  keluargaku, aku berdiri tepat dihadapan ibu dan ibu berkata “ selamat ulang tahun anakku” dengan perasaan bahagia bercampur haru tanpa sadar kuteteskan air mata ini, Rita yang ada disampingku merangkulku dan semua bernyanyi “ Tiup lilinnya tiup lilinnya tiup lilinnya sekarang juga sekarang juga sekarang jugaaa” aku  menyatukan kedua tanganku didada dan mulai memohon sesuatu hanya satu permintaanku “semoga kebahagiaan ini tidak berakhir senantiasa selalu menyelimutiku dan semua orang yang aku sayangi seperti mereka keluargaku dan sahabatku tercinta aminn” fuuuuhh..kutiup lilinnya sorak sorai tepuk tangan dari mereka dan meletuslah balon tepat di atas kepalaku oleh kakak pertamaku letusan yang mengejutkanku mengotori rambutku dengan manic-manik kerlap-kerlip yang ada di dalamnya.  Pelukan hangat satu persatu dari mereka ucapan serta doa yang mengiringi dan pemotongan serta pembagian kue pertama untuk ibuku tercinta disusul ayah, kedua kakaku, dan Rita pun tak terlewatkan .  Disudut yang berbeda ketika makan kue Rita berbisik “sorry just kidding untuk yang tadi hmm..sahabat tercintaku love u forever” dengan senyumnya yang khas aku memeluknya dan tak bisa berkata apa-apa. Hmmh…itulah sepotong kisahku ketika hari jadiku yang ke tujuh belas sweet seventeen benar-benar sweetttt bangeet hehe..
By niken resminingtyas
     (i_ken ara araleeeiii peot)
Terinspirasi dari balon adiku yang berserakan ditempat tidurku yang meletus satu persatu setiap harinya dan aku harus meniup balon yang barunya lagi hehe… ^_^

Komentar