Cinta Kecebur Tong Sampah


Hai… para pembaca, pernahkah kalian merasa kehilangan sosok seorang sahabat ketika cinta hadir dalam kehidupan seseorang? Dan pernahkah kalian hilang kendali saat melihat seseorang yang kalian anggap dia keren? Mungkin diantara kalian ada yang menjawab “iya” ada juga yang “tidak”. Itu tidaklah penting namun yang penting sekarang adalah baca percikanku sampai selesai ya hehe…
Masa remajaku terlewatkan dengan indah seindah matahari terbit, secantik bunga-bunga ditaman, dan sesemangat burung-burung berkicau riang. Sejak kecil aku seorang yang lincah, semangat, selalu riang, dan selalu ceroboh salah satu hal buruknya. Aku mempunya seorang sahabat Nara namanya. Nara sahabatku sejak SD, awalnya gadis itu tidak terlalu seka padaku karena aku sering menggodanya. Nara itu seorang yang cantik, manis, anggun, dewasa juga pintar. Oh ya.. Dia itu pendiam makanya jika aku sedikit saja menggodanya maka gadis itu akan merasa risih. Tapi lambat laun kekonyolanku itu merupakan kebahagiaan baginya.
Sekarang aku sudah menginjak pertengahan tahun pertama di sekolah menengah pertama atau sebut saja SMP yang merupakan jenjang pertama dimasa awal remajaku. Banyak perubahan yang terjadi padaku juga Nara. Mulai dari penampilan, gaya bahasa sampai gaya berfikir yang sok-sokan dewasa gitu deh. Aku dan Nara tidak satu kelas lagi maka kebersamaan kita sedikit berkurang. Kita memang masih sering berangkat sekolah sama-sama, di jam istirahat kita ke kantin atau ke perpustakaan sama-sama, juga pulang sekolah kita masih suka sama-samatapi tidak selalu sering karena terkadang diantara kita ada yang ahrus mengikuti kegiatan extra kulikuler atau kegiatan lainnya yang memaksa kita untuk menghabiskan setengah hari diluar sekolah bersama teman sekelas kita masing-masing.
Sesuai dengan hobbyku lari-lari maka aku mengikuti kegiatan Basket namun Nara mengikuti kegiatan Palang Merah Remaja seperti cita-citanya yang ingin menjadi dokter. Semakin hari urusan kita semakin bayak dan berbeda. Berangkat sekolah jarang sama-sama, di jam istirahatpun kita jarang bertemu, apalagi pulang sekolah sudah sangat jarang pulang sama-sama. Perubahan itu aku sadari ketika aku duduk dikantin hanya seorang diri untuk yang pertama kalinya. Meskipun aku punya banyak teman tapi aku merasa ada sesuatu yang hilang tanpa Nara, entah gadis itu merasakan hal yang sama atau tidak yang pasti aku sedikit tidak nyaman dengan hariku. Perasaan kehilangan sosk Nara itu bukan karena kita mempunyai kegiatan yang berbeda saja tapi karena gadis itu akhir-akhir ini ku ketahui menjalin hubungan dengan kakak kelas.
Entah bagaimana mereka bisa bertemu, berkenalan lalu pacaran. Tak ada yang salah dengan cinta yang tumbuh diantara keduanya tapi cinta menjadikan Nara seorang yang ingkar terhadap janjinya itulah yang membuatku tidak suka.
“Hai…ko cemberut sih?” ujar seseorang dari arah samping
Aku tahu itu Nara maka dari itu aku tetap diam cemberut menatap lapangan basket yang kosong dengan posisi duduk dan tangan bersilang didada. Aku hafal suara itu dan aku juga rindu wajah riangnya tapi aku marah padanya atas kejadian sore itu. Tiga hari yang lalu aku dan Nara pelang sekolah sama-sama kita mengobrol kesana kemari lalu Nara mengajakku bermain sepeda ditaman komplek katanya sudah lama kita tidak bermain sama-sama lagi. Dia membuat janji bertemu denganku jam dua siang sepulang sekolah. Mendengar itu aku sangat senang karena memang akupun menyadari kalau kita sudah tidak lagi menghabiskan waktu bersama maka kusambut janji itu dengan semangat. Tapi tanpa kusangka-sangka hari sabtu itu menjadi hari yang paling mengecewakan bagaimana tidak aku dibuatnya menunggu lama hingga aku pulang kerumah dengan basah kuyup. Dengan semangat aku mengayuh sepedaku ke taman komplek ketempat yang telah dijanjikan lalu aku duduk dikursi taman itu dibawah pohon yang cukup rindang meneduhkan orang yang duduk dibawahnya. Satu jam berlalu udara terasa semakin panas dan yang kutunggu belum juga muncul lalu kutengok lagi jam tangan putihku kulihat waktu sudah bergulir sangat jauh dari yang dijanjikan. Aku hampir tak sabar namun tukang ice cream lewat didepanku dan membuatku semangat kembali duduk menunggu sembari menjilati sebatang ice cream. Namun tak lama hujanpun turun mengguyur taman lalu aku buang ice cream yang tinggal sedikit itu dan dengan segera menaiki sepeda mengayuhnya cepat. Sepanjang jalan aku menggerutu kesal pada Nara yang telah ingkar terhadap janjinya. Masih dalam kesal aku berhenti mengayuh tepat didepan sebuah kedai ice cream lalu aku melihat sosok yang aku tunggu itu sedang asyik menyantap ice creamnya dan bercengkrama riang bersama teman lelakinya.
“Hei..ko tidak menjawab, kenapa?” tanya gadis itu duduk menghampiri
“Duduk berdua di kedai ice cream memang lebih menyenangkan dari pada bermain sepeda, lain kali tidak usah membuat janji jadi aku tidak akan seperti tikus yang tercebur got.” ujarku sinis bangkit dari tempat duduk lalu berjalan hendak menjauh
Nara langsung menyadari kesalahannya setelah mendengar kata-kataku lalu sebelum aku berjalan terlalu jauh masih dalam posisi duduk dia berkata “Maafkan aku, aku lupa. Maaf ya”, kata maaf itu membuat langkahku terhenti aku menoleh ke arahnya dan kulihat gadis itu
tersenyum berharap aku menghampirinya tapi egoku lebih besar mendengar kata lupa “Cowok keren paskibraka itu lebih penting dari pada aku sahabatnya dia telah membuatnya lupa padaku, baiklah lupakan saja aku ” lalu aku memalingkan wajah dan melanjutkan langkah dengan segera.
Aku benar-benar marah pada Nara sampai tiga hari kemudian berlalu, rasanya memaksa menghilangkan keberadaan orang yang kita rindukan itu sulit apalagi sering tak sengaja harus berpapasan dengannya. Siang itu di jam istirahat ku lihat Nara duduk sendiri diteras depan kelasnya lalu aku menghampirinya.
“Hai” ucapku mengawali pembicaraan duduk disampingnya
“Hai, kamu?” ucap Nara kaget
“Kenapa kau pikir aku Ka Gery ya?” ucapku menyindir
“Maaf soal yang waktu itu, aku benar-benar minta maaf sungguh maafkan aku” ucap Nara
“Sudahlah lupakan, ayo kita makan aku lapar” ucapku lalu berdiri tersenyum meraih tangan Nara
Masih dalam keadaan berdiri tiba-tiba seseorang menyenggol lenganku
“Aduh !!” ujarku sedikit kesal
“Maaf” orang itu meminta maaf
“oh iya, gak apa-apa ko” sahutku dengan sedikit senyum meringis lalu pergi menuju kantin
Lagi-lagi cowok itu nyenggol lenganku, kenapa sering sekali dia menyenggol lenganku? Tidak dilapangan tidak dimana-mana dan ini sudah yang ke tiga kalinya terjadi pikirku dalam perjalanan menuju kantin. Siang itu menjadi awal aku dan Nara menjadi teman baik kembali. Setelah kejadian itu Nara tak pernah mengingkari janji lagi dan tidak lagi menomor satukan pertemuannya dengan ka Gery. Akupun mengerti saat mereka harus meluangkan waktu bersama dan aku tidak berusaha mengganggu tentunya.
Kembali seseorang menyenggol lenganku saat aku hendak ke perpustakaan dan orang itu juga dengan minat yang sama
“Aw…” ujarku kali ini
“Maaf ya maaf ga sengaja beneran” ucapnya meyakinkan
“Kamu lagi ini yang ke empat kalinya lho, hobby ya nyenggol lenganku?” ucapku tersenyum meledek
“Aduh sampai terhitung maaf ya atas kecerobohanku” ucapnya malu menggaruk-garuk kepala yang entah memang gatal atau hanya modus
“Iya gak apa-apa santai aja ga sakit ko Cuma kaget aja” tembalku
“Mau kemana?” tanyanya
“Ke perpus, kamu?” tanyaku balik
“Sama dong, bareng aja yuk?” ajaknya
Aku mengernyitkan dahi sejenak lalu tersenyum mengangguk mengiyakan. Dalam hatiaku heran ini kebetulan atau sengaja dibuat kebetulan. Tapi aku tak ingin berlama-lama berfikir yang tidak-tidak maka ku hentikan pikiran burkku itu. Aku duduk beriringan dengan cowok itu, selagi aku membaca tiba-tiba terbayang wajah cowok yang ada disampingku itu dengan senyum dan kebingungan setiap kali dia meminta maaf telah menyenggol lenganku. Dengan perlahan dan hati-hati agar tidak ketahuan olehnya aku mulai melirik ke arahnya memperhatikan dari kakinya hingga ujung rambutnya. “Kalau dilihat dari dekat cowok ini keren juga, hidungnya mancung sekali dan rambutnya juga hitam sekali padahal hobbynya basket harusnya kemerahan bukannya hitam tapi kulit tangannya bisa dibilang agak hitam itu pantas untuk pemain basket tapi manis cocok dengan wajahnya” pikirku. Lalu aku tersadar dan kembali membaca buku tapi tetap saja aku tidak konsentrasi.
Setiap hari tanpa aku sadari semakin sering aku melihat cowok itu meski dari jauh mataku selalu saja cermat padanya. Jika sudah melihatnya pandanganku terbutakan olehnya tak jarang aku menabrak seseorang yang ada didepanku bahkan tiang penyangga yang ada di setiap depan kelas pun aku menabraknya. Mungkin itu salah satu alasan sebenarnya cowok itu yang sering menyenggol lenganku, akupun merasakannya kecerobohan yang menggila ketika mataku hanya tertuju padanya. Sejak terakhir cowok itu menyenggolku aku semakin akrab dengannya begitupun sebaliknya. Pendapatku sesuai penglihatan dan apa yang aku rasakan sepertinya cowok itu menyukaiku tapi itu bisa saja salah jadi aku tidak terlalu berharap lebih padanya.
Nara menyadari tingkah anehku tak jarang juga dia menggodaku dan satu hal yang membuatku senang Nara berpendapat yang sama denganku hohoho…itu membuat hatiku brbunga-bunga.
“Hai, jangan lupa nanti siang ada pertandingan antar kelas untuk tim basket putra, nonton ya?” ajak cowok pujaanku itu
“Emm..iya pasti” ucapku senyam senyum kaku
“Ya sudah sampai jumpa” ucapnya lalu pergi
Aku hanya tersenyum memandangnya begitupun dia tersenyum balik padaku berjalan berbalik arah menggaruk-garuk kepalanya dan sesekali menoleh ke arahku lagi lagi dan lagi
sampai cowok itu berbelok kekelasnya menghilang tak terlihat, sementara aku masih saja diam berdiri tersenyum bak orang tak waras. Tak sadar kakiku perlahan-lahan melangkah maju hingga menabrak sesuatu yang ada didepanku, aku tak bisa mengerem tubuhku yang kehilangan keseimbngan lalu tiba-tiba
“Cintaaa…”Ujar Nara kaget yang tiba-tiba muncul dengan nada sedikit keras
“Kecebur Tong Sampah” Ucapku meringis malu mengangkat kepala yang hampir mencium mulut tong sampah yang aku tabrak membuat satu lenganku terperosok kedalamnya.
“hehehehe” tawa Aku juga Nara

Karya: Niken

Komentar