Cintaku Berlalu


Cinta itu indah namun ke indahannya tak bisa terlukiskan. Cinta hanya bisa dirasakan dengan hati. Asam manis cinta itu warna dalam terang dan gelapnya hati. Cinta buatku terbang melayang dan dalam sebuah simfoni aku menari. Cinta itu buta tak pernah memandang apapun. Jatuh cinta untuk yang pertama kalinya itu cukup membingungkan. Membutakan pikiranku, menghentikan langkahku, dan akhirnya merenggut perjalanan cintaku.
Ketidak seimbangan itu membuatku hilang arah dan menumbuhkan rasa bersalah. Kebencian bukanlah hal yang terbaik yang bisa dilakukan. Seiring berjalannya waktu kerinduan bertambah banyak. Kesakitan hati yang tak berujung memuramkan asa. Ketika itu aku hanya bisa memilih atas dua pilihan bersama senja yang menjadi saksinya.
“Laki-laki itu tidak punya masa depan dengan pekerjaan yang seperti itu ! ” seru seorang ayah
Seruan kekawatiran sang ayah itu memang berlebihan namun itulah bukti kecintaannya pada permata hidupnya. Permata yang dia buat dengan penuh rasa cinta bersama sang istri takkan rela jika harus salah memilih pendamping hidup. Kata-kata itu sungguh menyiksa batin selalu terngiang ketika ku ingat sosoknya yang selalu tersenyum dengan lesung pipitnya yang indah, matanya yang bulat berbinar, bulu mata lentik dengan alis mata yang tebal berliku teratur, hidungnya yang bangir, dan bibirnya yang merah merekah. Sepintas tuturan tadi itu seperti untuk sosok seorang wanita namun itu adalah gambaran sesosok anak adam yang aku cinta untuk yang pertama kalinya.
“Lupakan laki-laki itu atau rubah pemikiran hidupnya paling tidak untuk sepertimu” seorang ayah itu berseru kembali
Seruan ke dua itu sebuah pilihan yang sulit untuk aku yang labil. Aku tak bisa melupakannya begitu saja meski aku tak melihat perjuanganku untuk mendapatkannya. Untuk mendapatkan cintanya itu aku mengorbankan harga diri seorang wanita dengan melontarkan senyum terlebih dahulu untuknya. Itu hal yang tergila yang pernah aku lakukan mencintai orang dengan sangat amat sangat cinta. Jika aku memilih pilihan yang kedua aku tak akan mampu sebab aku tak punya hak mengatur atas hidup seseorang. Hidupnya adalah keinginannya apa yang dia mau apa yang dia suka itu semua tak bisa ku atur. Dalam bimbang ditengah malam yang sepi, sunyi, dingin, dan beribu pertanyaan darinya kukatakan “ It’s over”
Itu kata yang membuatku merasa bersalah hingga kini. Aku tak pernah lupa hari itu dimana senja tak mampu membuat malamku menjadi terang. Kata-kata sang ayah tak pernah
berhenti menjauhi telingaku serta bayangan hari itu selalu terlukis dimataku. Pertentangan ayah cukup jelas berarti bahwa beliau teramat sangat menyayangiku serta keadaan ibu yang tidak begitu membaik saat itu pun terjadi karena terlalu menghawatirkan aku. Aku anak kecil mereka tanpa mereka sadari telah beranjak dewasa dalam kehidupan yang memaksanya untuk madiri. Itu mungkin salah satu hal yang mebuat mereka terlalu terkesan bersikap over protective padaku.
Itu cinta pertamaku dan itu juga menjadi cinta terburukku yang pernah ada dalam kehidupan remajaku. Aku selalu merasa bersalah atas hidupnya, jika saja aku tak pernah menyentuh hatinya, mengusik kehidupannya mungkin saja dia tidak akan pernah merasakan cinta yang berakhir seperti ini. Berakhir tanpa ada penjelasan yang jelas dengan beribu pertanyaan yang tak pernah ku jawab. Aku tak ingin membuatnya sakit hati jika aku beberkan semuanya, aku juga melindungi kehormatan keluargaku meski pertentangan itu didasari atas kecintaan mereka terhadapku karena setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda atas sebuah opini.
Waktu tidak memudarkan rasa yang masih tersimpan. Rasa itu menumbuhkan sebuah kerinduan. Sebuah senyum itu yang hanya untukku, kegugupan yang terlihat dari getaran bibirnya itu, sorot mata yang meloncat-loncat kesana-kemari membingungkannya itu, bau harum khasnya yang menenangkan hati itu, serta perhatian yang terungkap setelah bertemu itu, itu lah sebagian kerinduanku padamu yang ingin kulihat lagi. Terkadang itu mengurangi beban dihati ini yang mampu membuatku tersenyum sembari berharap kau menghubungiku mengajakku untuk berkencan lagi meski itu untuk yang terakhir kalinya. Satu hal yang menghentikan khayalan itu ketika ku ingat senyum yang memaksa meski itu untukku, getaran bibir dan sorot mata yang begitu membingungkannya sesekali memandangku penuh rasa kecewa serta desah nafas yang berat memberi tahuku betapa beratnya beban yang ada dalam hatinya itu yang telah aku buat. Ketika ku ingat itu sebisa mungkin ku kubur dalam-dalam kerinduanku itu meski semakin ku kubur semakin berusaha untuk muncul menguasai pikiranku.
Banyak hal yang aku lakukan untuk menetralkan hatiku seperti sedia kala tapi tak ada satupun yang berhasil. Hingga kini jika aku bertemu dengannya lagi aku tak menjamin aku akan biasa saja. Meski untuk sekarang aku tidak begitu ingat tidak begitu peduli dan ingin tahu tentang hidupnya lagi tapi jika aku bertemu langsung entahlah aku akan seperti apa lagi. Aku hanya berharap saja semoga apa yang terpikirkan olehku tidak terjadi. Aku ingin hidup dengan masa depanku tanpa lagi ingat akan masa laluku itu adalah kau cinta pertamaku.
Aku dengan diriku yang baru menunggu seseorang yang baru membawaku ke kehidupan yang baru menjalani masa-masa yang indah bersama hingga maut memisahkan kita. Aku tak ingin masa laluku kembali aku ingin hidup bersama masa depanku, itu artinya aku tak ingin dia kembali padaku meski aku teramat sangat mencintainya tapi aku ingin seseorang yang baru sebagai masa depanku itu yang membawaku terus hidup. Biarlah dia bersama kehidupan barunya yang selalu membuatnya tersenyum bahagia yang lebih baik dari pada aku.
Aku bangkit dari tempat dudukku memandang langit yang biru berharap aku segera terjatuh pada cinta terakhirku. Ku akhiri pemikiran ini yang ternyata sebuah lamunanku dengan sebuah senyuman aku berkata “ I’m Sorry Good Bye” 
Sekilas Nampak nyata namun hayalan memang terkadang bisa nyata itulah karyaku sebuah kata hati yang membaur dalam kehidupan antara nyata dan tidak nyata.

Karya : Niken

Komentar