Metamorfosis Hidup


Hidup bukanlah hanya sebuah senyuman diam terpancar bagiku. Senyuman akan pudar seiring berjalannya waktu dengan masa yang berbeda, dimana bahagia dan sedih beriringan mewarnai hidup. Lalu hidup bagiku itu dimana kita mampu membawa senyuman dengan mempertahankannya untuk menikmati hasil dari tetesan keringat bahkan air mata dalam setiap langkah perjuangan.
Aku seorang ulat yang ingin berubah menjadi kupu-kupu cantik terbang melayang dibawah sinar matahari. Semua mata akan tertuju padaku dan dunia akan tau keberadaanku, menyadari hadirnya sebuah warna baru menghiasi indahnya panorama jagad raya. Seperti layaknya ulat yang berjalan perlahan namun pasti seperti itulah aku mendaki pegunungan hidupku.
Dalam setiap perjalan tak selalu jalanan itu lurus ada belokan, tikungan tajam, turunan, tanjakan bahkan bebatuan terjal sekalipun ada sebagai ujian atas kesabaran kita untuk melewatinya dengan hati-hati. Seperti ulat yang tak jarang dicaci dan dimaki oleh orang yang tak suka padanya dengan alasan yang berbeda-beda, ada yang menyebutnya binatang menjijikan dengan bulu menggelikan, teksturnya yang lembut membuat orang serasa ingin muntah, bahkan hanya dengan menyebutkan kata ulat saja mereka langsung gatal-gatal alergi. Itulah perjalananku untuk menjadi warna dunia ini.
“Kira” sapa seorang teman
“hei..Vivi” sapaku kembali dengan senyum kecilku
Begitu singkat yang mungkin untuk kebanyak orang itu sesuatu yang tidak jelas, namun bagiku itu sangat bermakna mengandung banyak arti menjadikan kita sepasang sahabat. Aku tak suka basa basi, aku selalu to the point dalam setiap tindakanku. Aku mengerti dengan orang-orang yang terkadang ingin basa basi. Aku selalu berusaha untuk menjadi apa yang orang lain mau namun terkadang itu tak tercapai.
Sahabat akan mengerti segalanya tentang kita meski itu tak mereka sukai, dan ketika kita salah jalan sahabat akan mengingatkan kita untuk berada dalam jalan yang benar. Vivi seorang yang simple sama seperti aku namun Vivi mempunyai kehidupan yang panjang lebih panjang dariku.
“Senyum mu membuat hidupku indah” sepenggal ucapan seseorang penuh harapan
“Aku akan selalu tersenyum untuk keindahan hidupmu” ucapku kemudian
Selain sahabat Cinta juga menjadi bagian dari perjalanku. Cinta yang tumbuh diantara aku dan Riki membuatku lupa akan masalah yang kuhadapi. Awalnya aku tidak terlalau yakin bisa menjalani cinta yang begitu indah ini, namun seiring dengan musim yang berganti pemikiranku berganti pula. Riki seorang yang bertanggung jawab, setia, juga penyayang. Dia selalu ada disetiap langkah hidupku.
Tak terasa hari semakin mencekik hidupku. Aku tau ini akan terjadi cepat atau lambat. Aku akan menjadi warna gelap pembuat mendung suasana menjadikan hujan untukku. Tapi aku tak ingin itu terjadi, aku ingin menjadi Bunga yang indah sehingga saking indahnya ketika bunga itu dipetik pemiliknya maka yang dititipinya hanya tersenyum bukan meraung dengan raungan yang menyedihkan.
Aku bukanlah orang yang dapat ditebak, terkadang aku begini namun terkadang aku begitu dan tak kembali. Ketika aku melangkah maju aku akan terus maju tak berhenti juga mundur. Sahabat dan cinta menjadi bagian yang penting di hidupku membuat perjalanan hidupku indah membuat aku lebih kuat mendaki. Seperti halnya ulat dimana ada masa dia menjadi kepompong. Aku menjadi kepompong disaat yang mendadak dan mengejutkan siapapun yang ada disampingku. Selama aku menjadi kepompong tak seorangpun tau keberadaanku. Aku berada didalam ruangan yang menurutku itu pengap. Ruangan yang membuat aku tak bebas bergerak. Ruangan yang punya banyak seribu aturan. Ruangan yang membuatku semakin stres.
Sahabat yang baik akan mencari tahu jika sahabatnya hilang dari peredarannya. Mungkin itu terjadi pada Vivi dia mencari tau keberadaanku yang menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak langkah. Vivi pasti merasa kehilanganku karena setiap saat dimanapun kita berada disitu ada aku dan disitu pula lah ada Vivi. Sejak aku menjadi kepompong dan entah sampai kapan aku akan terus menjadi kepompong aku tak pernah lagi berjumpa dengan Vivi ataupun Riki. Kurasakan rindu ingin berjumpa dan bersua dengan mereka. Maka kuputuskan untuk mengirim sepucuk surat pada mereka yang berisi.
Dear my lovely friend Vivi,
Hei..apa kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja seperti aku disini. Maaf aku pergi begitu saja tapi aku pasti akan kembali walau kau hanya akan melihatku dalam diam. Disini aku sangat rindu sekali ingin berjumpa denganmu sahabatku. Oya sampaikan juga salam cinta terindahku pada Riki, maaf juga aku tak bisa memenuhi undangan makan malamnya. Ucapkan juga terima
kasih untuk hari-hari yang indah yang dia berikan padaku. Tak perlu cemaskan aku jika ingin marah ya marah saja dan tak perlu tunggu aku. Sekian surat dariku
Salam
Kira
Itu jadi surat pertama dan terakhir yang kuberikan pada Vivi. Dengan adanya kesempatan untuk meminta maaf dan berterima kasih itu mengurangi kesakitanku dalam ruang sempit ini. Raga ini serasa melayang dan senyum ini pun terasa hampa. Aku si pembuat mendung dalam kepasrahan dan keikhlasan akan segera membuat hujan untuk diriku sendiri. Inilah metamorphosis hidupku dimana aku seorang ulat berubah menjadi kepompong yang kemudian menjadi kupu-kupu cantik terbang melayang bebas ke angkasa menari bersama matahari bernyanyi bersama bulan dan tersenyum bersama angin. Tak samapai waktu sebulan ragaku kembali kerumah seperti yang ku katakana pada Vivi kalau aku pasti kembali meski dalam diam. Dalam diam dan dingin aku pulang bersama hujan yang mengiringi di setiap jejak langkahku.
Aku ulat yang sekaligus si pembuat mendung akhirnya berada dalam dunia yang berbeda dengan sayap-sayap yang indah berwarna warni. Aku terbang melayang bebas dengan sejuta kesepian, angin dingin serta hujan menyertai, dan kusimpan kerinduan dalam ruang gelap. Aku lah kupu-kupu yang hidupnya terhenti.

Karya : Niken

Komentar