Seperti itu Seharusnya

Entah bagaimana dan kapan persisnya kejadian itu yang membuat Regi tinggal hanya
dengan seorang ayah. Anak laki-laki itu cukup kesepian hidupnya  dalam sebuah penantian
seorang ibu. Sampai pada suatu hari ayahnya memperkenalkan  seseorang yang lemah lembut
berparas cantik. Wanita itu dikenalkan sebagai  ibu pada anak yang berusia lima  tahun itu  namun
itu bukan sosok ibu yang ada diingatannya. Anak laki -laki pemurung itu menerima meski dengan
setengah hati  dan sering bertanya kenapa  wajah ibunya berubah. Tak sampai setahun malaikat
kecil lahir dari ibu itu, seorang bayi laki-laki baru yang akan menjadi teman Regi nantinya.
Anak yang baru dilahirkan itu tumbuh dan berkembang sangat baik. Dia seorang yang
ceria tapi penakut juga cengeng. Tak jarang Regi direpotkan olehnya tapi Regi sosok kakak yang
baik mana kala adiknya butuh dia maka dia selalu ada untuk adiknya. Meski awalnya Regi tak
pernah menginginkan kehadiran Dafa adiknya itu tapi seiring dengan berjalannya waktu
perasaan itu memudar dengan sendirinya. Kehidupan mereka cukup sempurna dengan ayah yang
baik, ibu yang baik dan dua anak laki-laki yang saling menyayangi.
Jalan kehidupan itu tak selamanya rata, halus dan nyaman untuk lintasan kehidupan.   Tak
ada angin, hujan ataupun petir tiba-tiba seorang anak remaja perempuan  yang hanya terpaut usia
tiga tahun dari Regi  muncul ke tengah-tengah keluarga kecil itu dengan mengakui sebagai anak
yang telah terlantar. Semua terkejut termasuk ibu  yang telah melahirkannya itu dan yang paling
histeris dan menolak kehadiran gadis itu adalah Dafa. Cowok yang satu itu cukup bisa dibilang
yang paling egois karena  dia memang yang paling tidak tahu apa-apa tentang keluarganya, dia
selalu bersikap dingin dan kasar pada  kakak perempuan  yang baru saja muncul  itu.  Hampir satu
minggu Jasmin tinggal dirumah itu berharap mendapat ketenangan namun ternyata itu sangat
jauh berbeda. Setiap kali ada dia muncul selalu saja menjadi bahan pertengkaran antara Dafa dan
Regi atau Ibu dan Ayahnya.
Jasmine memang telah menyangka kehadirannya akan membuat suasana keruh setiap saat
maka dari itu jauh-jauh sebelumnya dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala
sesuatu yang akan terjadi. Hari itu hari sabtu dimana sikap Dafa sudah sangat keterlaluan dengan
mengurung diri didalam kamar setelah sebelumnya terlibat pertengkaran hebat dilapangan sepak
bola bersama teman-temannya.  Cowok manja itu melimpahkan kekesalannya pada gadis yang
sangat dia benci itu yang membuat gadis itu hendak me larikan diri dari rumah itu namun Regi
berhasil menahan kepergiannya. 
“ Mau sampai kapan kamu mengurung diri dikamar !!!” Bentak Regi didepan pintu kamar Dafa
Sangat terkejut orang yang ada dibalik selimut itu bukan hanya karena bentakan
kakaknya  tapi  juga hentakannya saat membuka pintu sebelumnya.  Meski begitu Dafa tetap pada
posisinya memeluk guling dengan seluruh tubuh tertutup selimut.  Regi semakin emosi dengan
taka da respon apapun dari adiknya itu.
“Kenapa diam saja ayo bangun !!!” sambungnya sera ya menghampiri ujung tempat tidur Dafa
“Tidak mau bangun juga? Ow..Baiklah asal kau tau saja kakak sudah muak dengan semua
tingkahmu itu !!” Regi berdiri tepat dipinggir tempat tidur itu
“Kakak benci sekali sama kamu laki-laki manja, penakut serta cengeng  !!!” Regi masih berusaha
memancing Dafa untuk bangkit dari tempat tidurnya
“Cukup adik ayo bangunlah !!!” teriak Regi menyingkirkan selimut yang menutupi seluruh tubuh
adiknya itu
Regi terkejut melihat adiknya dalam kondisi yang tidak baik, badannya berkeringat tapi
seperti menggigil kedinginan nampak jelas dari getaran bibirnya, suhu tubuhnya pun demam
tinggi. Rupanya Dafa sakit setelah seharian tidak menelan sebutir nasi pun dan hujan yang
mengguyur dilapangan siang itupun memperparah kondisi fisik Dafa  yang lemah hari itu.  Dafa
diperiksa dokter keluarga mereka lalu dia dibiarkan beristirahat dikamarnya hingga hari telah
larut malam. Regi yang masih menghawatirkan adiknya itu lalu sebelum tidur dia menyempatkan
untuk melihat Dafa yang masih terbaring lemah ditempat tidurnya.  Cowok yang cuek namun
penyayang itu duduk di pinggir tempat tidur  mengambil saput tangan yang menempel di jidat
adiknya lalu  telapak tangannya  mulai memastikan demamnya.  Sudah terasa normal suhu tubuh
Dafa sekarang itu membuat regi tenang.
“Kupikir kamu akan seperti kucingmu yang kuat hingga bisa memangsa ke empat kelinci
putihku tapi ternyata  kamu lebih lembut dari kelinciku itu.” ucap Regi menyimpan saput  tangan
ke dalam sebuah mangkok
“Begitu sulitkah kamu menerima gadis itu sampai-sampai kondisimu seperti ini dasar cowok
payah !! Regi kecil  saja bisa menerimamu juga ibumu, sebenarnya aku  juga sangat  sulit harus
menerima orang asing untuk yang ketiga kalinya  hhmm…” ujar Regi lagi  menghela nafas
panjang memandang sebuah foto yang ada didinding
Dafa sebenarnya menyadari kehadiran Regi sedari tadi namun dia tetap menutup
matanya, dalam diam adik itu berfikir tentang maksud kata -kata kakaknya itu. Hatinya mulai tak
tenang ingin bertanya namun seakan tak sanggup sepertinya Dafa telah  mengerti maksud dari
kata-kata Regi. Perbedaan yang selama ini sering dipertanyakan itu kini terjawab tanpa harus ada
pertanyaan. Semakin menyedihkan rasanya suasana malam dikamar itu bagi Dafa, hatinya yang
mudah terharu membuatnya tak kuasa  ingin menangis namun ditahannya  tapi banjir telah sedari
tadi menerjang wajahnya. Berpindah posisi  kini Dafa memeluk guling dengan  separuh wajahnya
menempel dikasur empuk yang seketika itu kakaknya menoleh ke arahnya  serta menarik selimut
hingga menutupi lengan adiknya itu.
“Kenapa kamu harus mengalaminya juga  hhmm..kuharap kamu bisa menerimanya seperti aku
dan  kuharap juga kamu bisa cepat menjadi laki-laki yang tangguh jadi ketika kam u tahu siapa
aku kamu tidak akan seperti ini lagi adikku” Ucap Regi bangkit dari tempat tidur Dafa
“Kau akan baik-baik saja besok, selamat malam” ucapnya lagi mematikan lampu
Tinggalah Dafa dan kesedihannya dikamar itu kamar yang gelap, sepi, sunyi semakin
mendramatisir suasana hatinya. Cowok cengeng itu semakin kuat memeluk gulingnya,  dia
menangis tersedu-sedu dibalik guling itu mencurahkan semua yang tak bisa dia ungkapkan pada
kakaknya. “Kakak..kamu adalah kakak tiriku juga” ucapnya lirih . Tangisan itu mungkin sampai
pagi  membuat mata sipit cowok itu bengkak nyaris seperti terpejam. Pagi itu Dafa sarapan pagi
hanya seorang diri itu sengaja dibuatnya agar tidak terlihat menyedihkan. Sejak itu cowok manja
super cengeng itu berubah sikap menjadi yang seperti kakaknya mau.   Perubahan sikapnya itu
membuahkan hasil yang sangat baik. Dahulu ibunya sering bentak marah-marah gak jelas pada
Regi tapi kini dengan adanya pengertian dari Dafa lambat laun ibunya menyadari hal itu salah.
Sikapnya terhadap Jasmin juga sagat baik sangat hormat seperti dia pada Regi.
“Tidak main kembang api?”tanya Regi duduk disamping Dafa dikursi halaman rumah mereka
“Kembang api akan terlihat lebih cantik jika perempuan yang memainkannya” jawab Dafa
“Iya, cantik” ucap Regi kemudian memandangi Raisa dan Jasmin
“Terima Kasih ya Kak sudah menjadi kakakku, hhmm…meski aku  mengetahuinya sebelum
menjadi laki-laki tangguh tapi setidaknya sekarang aku sudah tidak menangis lagi hehe..” Ucap
Dafa tiba-tiba membuat Regi heran
Regi hanya memandangi adiknya tak berkata apa-apa kemudian tersenyum seraya
meletakkan lengannya dibahu adiknya.
“Sama-sama, memang seperti itu kan seharusnya meski kita sedikit berbeda namun kita adalah
satu keluarga” ujar Regi yang kemudian mereka saling mengacak-acak rambut

                                                                                                               Karya: Niken Resminingtyas

Komentar