Bunga Mawar Kedua

Setiap libur sekolah Denis selalu menghabiskan waktu berada dirumah neneknya disebuah kota yang tidak begitu ramai jadi cocoklah jika dijadikan tempat untuk berlibur bagi seseorang yang tidak suka keramaian. Anak laki-laki berusia 15 tahun itu tidak suka keramaian karena dia tinggal di ibu kota yang ramai dimana siang dan malam hampir sama. Anak itu selalu menikmati liburannya dan dia tidak pernah kesepian karena dikawasan tempat tinggal neneknya itu banyak terdapat anak seusianya yang bisa diajak untuk bermin setiap harinya.
            Gita salah satu teman Denis yang paling dekat dengannya. Gadis kecil itu tinggal bersebelahan dengan rumah nenek Denis. Dia seorang gadis manis, lemah lembut, feminine dan sangat manja. Mereka selalu melakukan hal bersama seperti bermain laying-layang, bersepeda, bahkan bermain boneka dan membuat kue-kue dari tanah.
“Besok orang tuaku akan menjemputku untuk pulang. Kalau nanti teman-temanmu menjahilimu lagi cubit saja pipinya seperti ini” Ucap Denis lalu mencubit pipi tembem gadis itu dengan expresi yang menggemaskan.
“Aduh…Denis, sakit tau!! ” ujar si gadis pipi tembem itu mengelus-elut pipinya
            Mereka berdua lalu berjalan pulang menyusuri jalanan yang dikelilingi persawahan yang terbentang luas. Kedua anak itu saling berpegangan tangan dan mengayun-ayunkan tangan mereka dengan riang.
“Denis” ujar Gita sebelum memasuki halaman rumahnya
“Iya, kenapa?” tembal Denis
“Liburan berikutnya kamu kesini lagi kan?” tanya Gita malu-malu
“Ya iyalah Gita, kalau bisa sih aku pengen tinggal disini aja. Tunggu enam bulan lagi ya pipi tembem” seru Denis mencubit pipi Gita lagi
“Aduh..Denis” ucap Gita manja
            Esok harinya Denis pulang pagi-pagi sekali sehingga dia tidak sempat bertemu Gita dulu. Gadis itu sedikit sedih mengetahui sahabatnya sudah pergi lebih awal tapi mereka sudah berjanji untuk bertemu lagi enam bulan kedepan. Dua kali dalam setahun mereka selalu menghabiskan waktu bersama dalam dua pecan membuat cerita-cerita baru untuk karangan pengalaman berlibur mereka ketika diawal masuk sekolah.
            Enam bulan berlalu namun Denis tidak datang seperti yang dijanjikan. Enam bulan berikutnya lalu enam bulannya lagi, lagi, dan lagi sampai lima tahun berlalu Denis tak pernah mengunjungi neneknya lagi. Gita tak pernah bertanya pada neneknya Denis sebab apa cucunya itu tidak pernah datang lagi. gadis itu terlalu pemalu untuk menanyakan hala tentang Denis jadi dia hanya menunggu, menunggu, dan menunggunya.
            Lima tahunpun berlalu tanpa ada kabar apapun dari Denis dan tanpa ada pertanyaan untuk neneknya dari gadis yag menunggunya itu. Anak laki-laki yang berusia 15 tahun itu sekarang sudah tumbuh menjadi seorang anak laki-laki remaja. Siapa sangka Denis remaja kembali untuk menemui neneknya yang hanya tinggal seorang diri sekarang ini. Meskipun waktu bergulir sangat lama tapi Denis tidak pernah lupa akan janjinya untuk datang kembali dan menemui gadis yang dulu teman kecilnya itu yang sudah remaja pula. Denis memutuskan untuk melanjutkan kuliah dikota itu sembari menemani neneknya tapi sudah hampir satu minggu dia belum bertemu gadis yang ingin ditemuinya itu meski rumahnya masih tetap sama seperti dulu tak ada yang berubah hanya saja sekarang nampak sepeda terparkir dihalaman rumah itu.
“Gita !! ” gumam Denis dalam hati melihat gadis yang menabraknya barusan
“Maaf..Maaf.., saya buru-buru” ucap gadis itu memberikan beberapa buku yang terjatuh pada cowok yang ditabraknya
“Gita !!” ujar cowok itu menghentikan langkah gadis itu
“Iya, Siapa ya?” Gadis itu berbalik lalu mengernyitkan dahi dengan tatapan heran pula
“Denis, masa lupa sih. Cucunya Eyang Ida tetenggamu” Denis sedikit mengingatkan tapi gadis itu masih dalam experesi yang sama
“Hei…kamu masih disini? Ayo..nanti kita terlambat lagi Gita Lika..!” seseorang tiba-tiba muncul menyeret gadis yang masih berusaha mengenali cowok yang sok kenal itu
            Denis dan senyumnya serta perasaan bahagianya itu ditinggalkannya begitu saja. Kecewa memang tapi cowok itu menyadari lima tahun bukanlah waktu yang singkat bagi keduanya untuk bisa tetap saling mengingat. Dari kejauhan cowok itu diam-diam memperhatikan cewek yang dibayangkannya selama ini. Dipikirnya cewek itu akan langsung mengenalinya memberikan senyum yang paling manisnya dan memeluknya seperti disinetron-sinetron ketika seseorang yang telah lama berpisah kembali bertemu lalu cowok itu akan mencubit pipi tembem gadis itu tapi ternyata boro-boro tersenyum hanya sekedar mengenalinya saja itu tidak bahkan mereka seperti tidak pernah bertemu. Gadis itu Nampak manis, tinggi lenjang taka da lagi pipi tembem, sedikit tomboy, cuek, dan jutek, jauh berbeda dari yang cowok itu temui beberapa tahun lalu.
“Hai..Gita !!, sudah pandai bersepeda ya sekarang” ujar Denis dari gerbang rumah neneknya itu
            Gadis itu hanya tersenyum cuek masih sangsi kalau mereka pernah berteman. Dengan sok kenalnya Denis kemudian ikut bersepeda bersama dengan gadis itu dan setelah lelah berkeliling mengayuh sepeda merekapun berhenti di depan sebuah lapangan sepak bola. Mereka berdua duduk diatas rumput hijau memandang lapangan hijau yang terinjak-injak oleh beberapa anak kecil yang sedang bermain bola. Sambil menikmati sejuknya udara dengan semilirnya angin sepoy-sepoy yang berhembus Denis mulai mengajak gadis itu berbincang.
“Sering bersepeda seperti ini, Git?” Denis bertanya dengan manis
“Hampir setiap sore” ucap gadis itu ketus
“Gita, kamu bener-bener gak inget aku ya?” tanya Denis agak kesal
“Emm…” gadis itu berusaha tersenyum dan menggaruk-garuk kepala
“Baiklah aku minta maaf. Aku emang salah tidak menepati janji tapi aku tidak pernah tau kalau ayah pindah tugas keluar negeri. Git, ayolah kamu pura-pura lupa iya kan?” Denis berusaha menjelaskan yang terjadi waktu itu.
“Maaf tapi aku tak ingat” ucap gadis itu dengan expresi benar-benar tidak ingat
“Hai..Gita, mana pipi tembemmu?? ” Denis mencubit pipi gadis itu genit masih bermaksud mengingatkan
“Kamu !!!” Bentak gadis itu sembari menampar cowok yang membuatnya bingung itu
            Hening suasana sejenak waktu seakan berhenti lalu suara-suara jalanan, teriakan anak-anak bermain bahkan desiran anginpun seolah hilang tak terdengar. Denis tercengang menempelkan tangannya dipipi yang terasa tersambar raket nyamuk itu. Tanpa berkata apa-apa lagi cowok itu pergi bersama kekecewaannya meninggalkan cewek yang mengecewakannya itu yang masih berdiri kebingungan ingin meminta maaf sebenarnya. Cowok itu mengayuh sepedanya dengan cepat dan bayangan masa lalu saat mengajari Gita bersepeda terlintas.
“Pegang kuat-kuat ya” ujar Gita getir ketakutan
“iya aku pegangi ko maju terus Gita maju” tembal Denis yang sebenarnya melepaskan pegangannya
“Aku bisa…, aku bisa…,” teriak Gita senang juga Denis yang tak kalah senang di ujung lapangan
“Deniii…ss !!!, bagaimana aku bisa turun??” teriak Gita kebingungan
Belum sempat Denis berkata apa-apa saat itu tapi gadis itu sudah keburu terjatuh. Bayangan itu membuatnya semakin kesal kemudian dia tiba dirumah tempo dulu langsung saja memasuki halaman rumah itu dan dilemparnya sepedanya itu berjalan penuh amarah memasuki rumah melewati sang nenek tua yang menyapanya diambang pintu.
            Sementara itu rasa bersalah berkecambuk di benak si cewek yang pemberani itu. Sebenarnya bukan bermaksud kasar tapi itu terjadi karena spontan secara itu pertama kalinya si cewek bertemu seorang cowok yang mampu membuat jantungnya berdegup kencang sekencang domba berlari membuatnya selalu kebingungan dan yang paling menyebalkan si cewek tak pernah ingat siapa cowok itu.
“Maaf” ujar seorang gadis berwajah penuh penyesalan
“Gita” Denis terkejut
“Iya tak apa” sambungnya dengan senyum karena bagaimanapun juga cowok itu tidak akan pernah bisa marah pada cewek yang telah lama diidam-idamkannya itu
“Maaf ya, aku spontan mengeluarkan bagian dari taekwondoku” tutur gadis itu duduk disampingnya
“Kamu belajar taekwondo? Wah pantas kamu kelihatan pemberani sekarang” ucap Denis merespon baik perbincangan
“Oya..itu pantas ko buat aku yang gak nepatin janji” sambungnya masih berfikir gadis itu gadis yang sama dan rupanya pun memag sama
“Emm..berarti kita baikan dong?” tanya gadis itu
“Tentu saja Gitaa…, akhirnya kita akan seperti dulu lagi. Aku janji gak akan pergi lagi” tutur denis sumeringah
            Gadis itu memang masih tidak ingat siapa Denis tapi dia berusaha untuk ingat dan terus mengikuti waktu berlalu yang penuh kejutan. Tiga bulan berlalu dan pertemanan diantara keduanya terjalin semakin erat. Kini tidak peduli lagi gadis itu pernah mengenalnya atau tidak yang pasti gadis itu nyaman berada dekat dengan cowok maskulin yang super keren dimatanya itu. meskipun perbedaan-perbedaan Nampak sangat jelas dari si cewek tapi Denis tak lagi mempermasalahkan mau ingat atau tidak dengan kenangan yang pernah mereka buat dia tetap bahagia bertemu gadis pujaannya itu.
“Ting..Tong..” bel pintu berbunyi
“Hai..temannya Lika ya? Mari masuk Lika masih dikamarnya” seseorang membuka pintu dengan sangat ramah dan manis sekali meski ada perasaan aneh seperti pernah bertemu dengan orang yang berdiri dihadapannya itu
“Gita !!” ujar cowok yang tertegun itu meraih tangan si cewek yang membuka pintu
            Cewek itu mengehntikan langkahnya membalikan tubuhnya tepat dihadapan cowok itu. Sejenak mereka diam dan saling menatap satu sama lain.
“Denis” ujar si cewek setelah beberapa saat termenung menatap si cowok dengan beribu bayangan masa lalu diotaknya.
            Seketika itu juga sontak terkejut seorang adik yang telah menuruni tangga itu melihat kakaknya berpelukan dengan cowok yang seharusnya menjadi teman kencannya malam itu namun itu tidak terjadi karena kejutan menerjang. Pantas gadis itu tidak pernah mengenal Denis karena cewek yang Denis maksud itu kakaknya yang juga berparas sama dengan adiknya. Mereka berdua kembar yang pernah terpisah karena salah satunya tinggal bersama paman dan bibinya namun karena paman dan bibinya telah mempuanyai buah hati yang asli dan pekerjaan pamannya itu mengharuskan keluarga itu pergi ke luar negeri maka orang tua si cewek kembar itu memutuskan untuk menyatukan kakak beradik itu lagi dalam satu keluarga yang utuh. Tapi kali ini mereka terpisah untuk beberapa bulan karena kakaknya harus mengikuti kegiatan pertukaran pelajar mewakili kampusnya. Mereka diberi nama yang hampir sama yaitu Gita Angelia dan Gita Angelika, kakaknya dipanggil Gita Lia tapi lebih sering Gita saja dan adiknya Gita Lika tapi lebih sering Lika saja. Dan yang menjadi teman kecil Denis yaitu kakaknya makanya Lika adiknya tak pernah mengenal Denis.
            Setelah hari itu dimana semuanya mengetahui kesalah fahaman diantara cewek kembar dan cowok sok kenal itu lalu terjadi lagi kesalah fahaman baru diantara ketiganya. Denis yang semula baik dan selalu bersemangat bersama Lika kini tidak lagi. Cowok centil itu berubah mendekati cewek yang sebenarnya dia tunggu itu yaitu Gita. Mereka sering berduaan kesana kemari mengenang masa lalu dan banyak hal lain laginya yang kali ini Denis merasa nyambung setelah sebelumnya orang yang ditemuinya seperti seorang yang amnesia.
            Lika yang merasa terbuang begitu saja tentu tidak tinggal diam dia juga balas dengan kecuekannya, kejutekannya pada Denis si cowok sok kenal itu. Tak jarang si cowok uring-uringan kesal dibuatnya.
“Git, adikmu kenapa sih tingkahnya nyebelin banget terkesan musuhin gitu?” Ujar Denis kesal tiba-tiba
“Bukan sama kamu aja ko tapi sama aku juga” tembal Gita senyam senyum
“Lho ko bisa, kenapa sih?” Denis berwajah heran
“Bisa lah, sama seperti kalau kamu liat Lika jalan bareng Roni. Kamu pasti uring-uringan kayak sekarang kamu juga kesal kan sama Roni? Begitu juga Lika kesal juga sama aku yang selalu kamu deketin” tutur Gita ramah
“Maksud kamu apa Git?” Denis semakin heran
“Masih gak mau ngaku juga ya? Aku tau tujuan kamu cuma satu ketemu Gita yaitu aku untuk menebus kesalahan kamu mengingkari janjimu sendiri. Iya kan?” detil Gita
“Aku seneng kamu kembali tapi aku akan lebih seneng jika kamu tidak berbohong. Ayolah Denis, Roni itu bukan tipe adiku jangan buat adiku menderita lebih lama lagi” Sambung Gita meyakinkan Denis
            Kedua bola mata itu saling menatap lalu bangkitlah Denis dari tempat duduknya. Pandangan tertuju pada mereka berdua yang sedang terduduk dan terlihat jelas tak nyaman dari salah satunya diantaranya.
“Iya Git aku ngaku, Makasih ya Git” ucap denis membalikkan tubuhnya lagi tersenyum pada gadis yang sama juga berdiri dan tersenyum
            Berlarilah Denis mengejar mawar kedua yang mencuri hatinya itu tapi masih ragu-ragu lalu cowok itu berhenti menengok kebelakang dan terlihat mawar kesatu tersenyum bersama kumbang yang telah lebih dulu mencuri hatinya ketika dalam sebuah penantiannya itu. Kini Denis semakin yakin dan pasti dengan langkahnya menuju mawar kedua.

Terinspirasi oleh apa ya ini yang pasti saat itu aku sedang kesepian duduk di ruang depan menatap layar kaca selama dua jam lebih aku menulis :D

Karya : Niken Resminingtyas

Komentar