Sebuah Dilema

Bangun pagi itu masalah yang setiap hari aku hadapi tapi sebenarnya malas harus mandi pagi-pagi dengan air pegunungan yang dingin. Setiap minggu jam weker dikamarku diganti akibat amuk masa alam bawah sadarku saat jam itu berbunyi. Aku Keira anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Putu Wijaya. Keren kan nama ayahku hmm..macam sastrawan namun dia seorang Insinyur pertanian yang mengelola perkebunan almarhum kakek. Ibuku seorang ibu rumah tangga yang sangat kreatif terbukti dengan adanya industry rumahan yang beliau garap bersama tante Lidya sahabatnya. Adiku yang pertama laki-laki hanya terpaut satu tahun usiannya dariku sedangkan yang ke dua itu laki-laki juga baru berusia lima tahun. Kita tinggal disebuah kota kecil yang jauh dari hiruk pikuk penatnya perkotaan. Sebenarnya kita tinggal di kota ini belum lama sekitar lima tahunan.
            Meski aku anak sulung tapi manjaku gak ketulungan sehingga tak jarang aku dinasehati adiku sendiri yang sifatnya lebih dewasa dari pada aku kakaknya. Mungkin karena anak perempuan satu-satunya kali ya jadi selalu merasa yang paling tersayang. Kegiatan sehari-hari selain main layangan dikebun teh ayah dihari minggu aku juga sekolah tentunya dan sekarang sudah kelas tiga SMA sebentar lagi akan ujian nasional. Disekolah aku seorang yang terkenal agak bandel tapi pinter kalau kata Reki sih seperti tikus bertopeng entah apa hubungannya mungkin karena aku terlalu menjengkelkan seperti tikus yang sangat dibencinya.
“Woy !!” teriak Aldy mengagetkan dari belakang aku berdiri
            Aldy itu sahabat setianya Reki, mereka berteman sejak masih bayi katanya hhmm..seperti bayi ajaib saja masih belum bisa apa-apa sudah mengerti sahabat.
“Ngapain bengong sendiri?” tanyanya kemudian
“Nunggu kamu ngagetin saya kaya tadi !!” tembalku kesal
“hehehe” tawa dua sahabat itu
“Ki, jangan lupa besok ya?” ujar seseorang yang tak dikenal
“Ok, Bro..” tembal Reki
            Tanpa basa basi lagi cowok yang baru saja berhenti berjalan hanya sekedar mengingatkan Reki tentang urusannya itu langsung melanjutkan lagi langkahnya. Cowok itu biasa saja tapi cukup menghipnotis mata satu-satunya cewek yang berdiri disana saat itu.
“Seperti orang jepang?” gumamnya pelan namun terdengar jelas
“Memang ! dia keturunan jepang ya kan Ki?” samber Nadya tiba-tiba
            Nadya itu teman sebangku Keira dari sejak masih TK mereka selalu bersama bermain bersama, tertawa bersama, menangis bersama dan banyak hal lain laginya yang dilakukan bersama kecuali satu hal yaitu bertengkar mereka tidak pernah melakukan hal buruk itu.
“Oh, anak baru ya?” tanyaku kemudian
Ow…hello girl ! where are you all this time? Dia itu dari zamannya kita orientasi juga sudah ada bareng malah kalau sama aku sih” jelas Diana dengan gaya centil sok Inggris
            Diana adalah teman baru yang dikenalnya sejak tahun lalu saat Keira masih duduk dikelas dua dan dia terkenal dengan kecentilannya serta kebaikan hatinya. Cewek yang satu itu memang cukup rese tapi kalau tidak ada dia perkumpulan anak-anak itu terasa hampa.
“Sudah ah saya laper nih, sekarang giliran belajar bareng dirumah Reki kan?” rengek Shinta
            Yang itu Shinta dengan pipi chubinya yang paling doyan makan diantara yang lainnya. Shinta itu teman sebangku Nadya katanya mereka tidak pernah berteman meski rumahnya hanya berjarak sekitar sepuluh langkah hehe…hanya saja takdir mempertemukan mereka dikelas XII IPA 3 sehingga mereka saling bersahabat jadinya.
“haha..makan aja kamu ingetnya” ujar Reki mulai berjalan menyusuri koridor sekolah diikuti yang lainnya termasuk Keira
            Mereka sering belajar bareng dirumah teman secara bergantian jadi meskipun mereka termasuk anak-anak yang tidak cukup axis dan mempunyai kebiasaan yang jelek-jelek tapi mereka masih tetap peduli dengan kecerdasan mereka dan diam-diam mereka juga berprestasi dibidangnya. Reki misalnya dia bintang lapangan basket, Aldy si pelukis ulung, Nadya yang paling diam tapi sekalinya bicara bisa membuat orang mati kutu seperti saat perlombaan debating, Diana yang centil pandai sekali menari, Shinta si pipi chubi itu hebat dalam hal makan hehe..tidak tapi pandai dalam urusan matematika mungkin karena gadis yang satu itu sering mengatur keuangannya yang sering pas-pasan itu secara orang tuanya tinggal nan jauh dikota metropolitan, dan Keira yang santai, cuek, jutek, dingin, agak tomboy serta banyak lagi hal yang tidak menarik darinya itu pandai dalam urusan membuat kue dan masak memasak hehe… katanya sih tu cewek pengen jadi Chef macam Chef Juna yang ganteng itu lho. Selain itu disekolah dia bintang lapangan basket juga seperti Reki teman pertamanya di club basket saat tahun pertama di SMA hhmm..pantas dia suka basket secara dia kan agak tomboy tapi hanya pemikirannya saja dalam hal fisik sih masih amat normal seperti anak perempuan. “hoam..lelahnya” gumam Keira yang menghempaskan tubuhnya ketika malam telah larut di kasurnya yang empuk berwarna merah jambu
            Saat gadis itu merasakan kenyamanannya tiba-tiba terlintas dalam pikirannya sosok yang baru dia lihat tadi siang itu. Sosok yang ketus, dingin, dan sekilas seperti bayangan dari sifat dirinya. Tak ada yang special tapi memang parasnya yang Indo Jepang itu cukup keren seperti suneo hehe..tidak-tidak tapi seperti Choi Siwon artis Korea hhmm…nah lho ko Korea haha.. yang pasti keren lah dengan kulit putih tinggi agak berisi bermata sipit berpadu hidung mancung dan lesung pipit yang sangat menawan itu pikir Keira.
“ih mikir apa sih saya ! hoam..tidur ah” ujarnya kesal memeluk guling kemudian tertidur
            Pagi lagi dan kali ini jam weker yang adik simpan ditempat tinggi gak tanggung-tanggung diatas lemari membuat aku Keira kakaknya terpaksa bangun pagi. Hari ini aku tidak kesiangan seperti hari-hari sebelumnya dengan wajah loyo karena kantuk aku berangkat sekolah dibonceng adikku dengan motor.
“WOW” ujar Reki saat mereka sampai di area parkir sekolah
“Gimana caranya tuh Galih kakakmu bisa bangun pagi haha..” ujarnya lagi setengah meledek
“Ku simpan jam weker yang bising itu di atas lemari kak” tembal sang adik puas
            Ku biarkan anak laki-laki yang membosankan itu saling mengejekku dan ketika aku hampir marah tiba-tiba motor besar berwarna merah mengkilat itu terparkir disamping motor adikku dimana aku tengah berdiri disampingnya. Seketika itu mataku yang tadinya kantuk berat kini cerah secerah mentari pagi ini. Saat cowok itu membuka helm hitamnya hhmm..terlihat jelas wajahnya wajah yang kemarin kutemui.
“Oi..Yukio ! ” teriak Reki menghampirinya lalu menggandengnya menjauh dari area parkir
“Mau sampai kapan berdiri disitu kak? Heh sadar gak sih kamu?” ujar Galih
“Eh..awas..awas..” ujarku kemudian meninggalkan cowok penyimpan jam diatas lemari itu
            Terpesona mungkin itu kata yang tepat saat ini untukku. Dua mata pelajaran terlewati dengan bunyi bel yang panjang tanda waktunya istirahat. Semua murid berhamburan ada yang ke kantin, ke perpustakaan, ke toilet, ke lapangan, nongkrong depan kelas, hanya duduk manis dikelas dan masih banyak lagi. Aku, Nadya, Shinta dan Diana menghabiskan waktu istirahat diteras depan kelas kali ini menyantap kue bikinanku kemarin malam. Tanpa sengaja lagi-lagi aku melihat cowok keturunan Jepang itu kali ini tengah berada dipinggir lapangan basket bersama Aldy dan Reki yang sedang bermain basket beserta kawan lainnya. Gayanya yang khas tanpa senyum tanpa peduli panas dan berisik dia duduk santai membaca buku entah buku apa aku tak tahu.
            Sejak hari itu hari dimana aku bisa bangun pagi kini keberadaan cowok itu sering tertangkap mataku dengan mudah dan aku kini lebih bersemangat bangun pagi untuk berangkat bersama adikku serta bisa melihat cowok itu memarkir motor dipinggir motor adikku melewatiku dengan wajah yang fresh dan bau wangi aroma farfumnya haha... Diam-diam kuperhatikan kebiasaannya dan ternyata yang sering dibacanya itu hanyalah sebuah KOMIK tapi meski begitu dia pandai mengatur waktu untuk serius dalam hal belajar dan mampu menjadi yang terdepan dikelasnya. Jarang kulihat cowok itu dikantin hanya sesekali saja untuk makan ataupun minum tapi yang lebih sering itu dia pasti berada dipinggir lapangan bersama anak basket atau diperpustakaan atau hanya diam dikelas. Entah apa yang merasuki pikiran dan akal sehatku yang terus saja memikirkannya bahkan wajahnya sering terlintas di siang dan malamku. Tak jarang aku ingin berusaha mengenalnya, mencoba tersenyum padanya dan berusaha untuk diperhatikan atau sekedar hanya untuk dilihat mungkin hhmm…tapi dia begitu misterius yang hanya tertarik pada komiknya saja.
“Aldy, pinjam buku paket Fisika ya saya lupa gak bawa !” ujarku cepat dengan langsung mengambil buku yang ku maksud itu tergeletak diatas meja telah dipakai jam sebelum istirahat tadi.
“huh dasar Keira kebiasaan kamu !” ucap Aldy setengah meledek
            Saat aku setengah berlari dan mencapai ambang pintu tiba-tiba seseorang dengan postur tubuh tinggi tegap itu hampir menabrakku tapi untung rem kaki yang cakram dari kami berdua berfungsi sangat baik. Cowok tanpa expresi itu diam sejenak kita saling berpandangan sampai pada teriakan yang mengagetkan terdengar dari ruang kelas.
“heh KUTU ! dari mana saja kamu? rumus yang ini bagaimana gue gak ngerti nih !” teriak cowok tengil yang sedang berusaha memahami rumus Fisika
            Cowok itu langsung masuk dan mengajari cowok tengil tadi sementara aku yang sangat lemas karena jantungku hampir saja copot itu dengan detakannya yang dag dig dug tidak karuan berjalan perlahan menuju kelasku. Setelah tadi aku tidak berhasil untuk senyum padahal itu kesempatan emas berada sangat dekat dengannya tepat dihadapannya dan sekarang aku mencoba untuk dapat perhatiannya ketika jam pulang sekolah menunggu Nadya, Shinta dan Diana menyelesaikan piket kebersihan kelas, aku ikut bermain basket bersama Aldy, Reki dan kawannya. Cowok incaranku seperti biasa tengah duduk di pinggir lapangan seorang diri kali ini, aku berusaha bermain bagus sesekali melihat kerahnya dan kemudian “Aduh !” ujarku. Aku terjatuh dan menggoreskan luka dilututku kemudian Reki dan yang lainnya menolong meski dengan tertawa geli melihat cideraku dan saat kulihat ke pinggir lapangan ternyata hal yang mengecewakan cowok itu masih dalam posisi yang sama diam tak bergeming sedikitpun sampai aku duduk pula dipinggirnya.
“Kenapa kamu?” tanya adikku tertawa yang kemudian bergabung dengan Reki cs
“Gendooong” ujarku manja
“ih ogah ya ! kakak macam apa minta gendong adik” tembalnya meledek karena adikku memang selalu meledekku yah kuakui aku selalu manja padanya hehe…
            Tak lama kemudian cewek-cewek yang ditunggu datang juga dengan expresi cemas yang berlainan ketika melihat lututku sedikit berdarah. Cewek-cewek itu membantuku berdiri lalu kita pulang bersama dengan sedikit ocehan sebelumnya pada Reki, Aldy dan Galih yang membiarkanku dalam kesakitan. Nah itulah pedulinya mereka yang aku sangat suka tapi terlalu berlebihan sih pada luka kecil saja itu.
            Hari itu kita tidak belajar bareng yah memang tidak setiap hari tapi kita punya jadwalnya setiap hari Kamis, Jum’at dan Sabtu saja. Ini masih hari Rabu jadi tidak ada jadwal untuk hari ini kita bebas untuk tidak belajar lebih. Itu hari yang paling menyebalkan dimana aku kecewa hingga dua kali hhmm..
            Sudah satu minggu aku tidak kesiangan dan mulai memperhatikan kedisiplinan itu sungguh menakjubkan kata adikku yang selalu setia menyadarkanku untuk dewasa. Hari ini hari senin yang hampir saja terlambat karena aku lupa menyimpan buku PR Kimia tapi beruntung adikku masih mau menungguku. Buku itu ditemukan dibawah tempat tidur aku tak tau kenapa bisa sampai kolong yang sedikit berdebu itu kemudian tanpa memikirkannya lagi akupun berangkat ke sekolah. Di area parkir kubuka ranselku kuperiksa isinya dan tetap saja ada yang tertinggal dengan kesal ku lempar tas ke atas mejakku lalu berlari kelapangan berbaris dibarisan belakang dekat dengan cowok-cowok.
“Hampir saja kau terlambat Kei” ujar Nadya berada tepat didepanku berbaris
“Iya tapi percuma padahal sudah ku cuci kemarin tapi aku lupa menyimpannya dimana emh..mana belum sarapan gara-gara buku PR Kimia menclok dikolong ranjang lengkap sudah bakal pusing nih dan si anak India itu pasti menyeretku ke tempat panas” tuturku kesal menghentak-hentakkan kaki
“Aduh..Kei, kamu tu ada-ada aja sih” ucap Nadya ikut cemas
            Raja teman sekelas Galih adiknya, itu yang dimaksud Keira anak India yang ayahnya orang Hindustan, dia itu seorang petugas kedisiplinan yang sering menyeret Keira ke tempat istimewa bersama teman-teman yang lainnya yang tidak disiplin. Tiba-tiba tanpa terduga sebuah topi mendarat di kepala Keira yang tengah menggerutu karena kesalahannya sendiri itu. Sontak terkejut gadis itu yang tangannya reflek ingin mencopot topi itu namun tertahan oleh tangan seorang cowok yang ada disebelahnya.
“Kakak Kei, sudah mulai disiplin ya satu jempol buat kakak” ujar Raja mengacungkan jempolnya disamping barisan Keira
“Ikut aku ya Kak ! eh siapa namanya?” tanya Raja sok tegas pada seseorang yang telah menyelamatkan Keira
“Yukio” tembalnya menjauh dari kerumunan menuju tempat istimewa para siswa yang tidak disiplin
            Keira dan Nadya saling menatap heran dan kembali berbaris rapih mengikuti jalannya upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap hari senin itu.
            Selama upacara itu berlangsung aku terus memikirkan cowok itu kenapa? Maksudnya apa? Ini pertama kalinya aku merasa tertolong. Setelah satu setengah jam pelajaran terlewati aku memutuskan untuk keluar kelas lebih dulu setelah bel istirahat berbunyi. Aku membawa topi yang tadi meneduhkanku itu mencari-cari pemiliknya dan kulihat dia keluar dari kelasnya lalu duduk ditempat duduk disamping pintu. Perlahan dengan sangat gugup aku menghampirinya lalu menyodorkan topinya berkata “Terima Kasih”. Tak ada kata lain yang terucap hanya sebuah senyum yang untuk pertama kalinya kulihat terpancar dari si pemilik topi. Terpaku aku sampai kemudian dia berkata “Sama-sama”. Belum sempat aku bertanya hal lain lagi keburu Nadya, Shinta, dan Diana disusul Reki juga Aldy keluar dari kelas langsung melihat ke arahku. Ketiga cewek itu berjalan menghampiri sedangkan kedua cowok yang hanya satu langkah dari tempatku berdiri itu menatap tajam penuh tanya tentang berdirinya aku dihadapan cowok pembaca komik temannya itu.
“Kei, ngapain disini?” tanya Reki heran
“Katanya mau ke toilet ko masih disini sih?” tanya Nadia kemudian
“Aku..aku laper ! iya laper banget ayo Shinta menurutmu makanan yang enak hari ini apa?” ucapku gak nyambung menggandeng Shinta berjalan cepat menuju kantin
“heh?” semua dalam expresi heran kecuali Nadya dan Yukio yang terlibat dalam urusan Keira. Mereka berdua hanya senyum melihat tingkah Keira kemudian yang lainnya mengikuti Keira ke kantin dengan tak lupa mengajak cowok yang duduk memegang komik itu.
            Senin yang sangat menyenangkan untuk Keira karena akhirnya apa yang cewek itu mau terwujud dari mulai perhatian yang tak terduga juga senyum yang tak usah susah payah lagi didapat kini mereka telah akrab. Cowok itu entah kenapa menjadi sangat dekat dengan Reki dan Aldy sehingga dia menjadi anggota baru dalam kelompok belajar sekarang. Awalnya cowok itu seperti angkuh, dingin tapi ternyata setelah akrab pemikiran seperti itu tidak berlaku lagi. Saking akrabnya dengan persamaan hobby dan yah sama-sama jutek juga sih jadi mereka berdua itu merasa sangat nyambung sepertinya.
            17 tahun usiaku sekarang dan untuk merayakan hari lahirku di usia yang special menurut Diana. Maka dari itu aku merayakannya di sebuah tempat makan dikotaku. Kita membuat janji berkumpul ditempat itu pukul 4 sore hari itu namun seperti biasa jam yang ditentukan itu jam karet jadi aku dan adikku yang telah lebih dulu sampai harus menunggu. Adikku kemudian pergi ke toilet meninggalkan aku sendiri kesepian tapi tak lama Yukio datang.
“Sendiri Kei? Yang lain mana?” tanyanya langsung duduk disampingku
“Gak tau tuh !” tembalku kesal
“Nih hadiah dari saya Happy Birthday ya Kei” ucap Yukio menyodorkan kadonya membuatku girang
“Makasih ya, boleh dibuka gak?” ujarku dan Yukio tersenyum mengiyakan
            Kubuka bungkusan berpita pink itu dan kudapati sebuah notebook bersampul kartun jepang kemudian perlahan kulihat isinya  yang sungguh menakjubkan, mengagetkan, membuatku mentapnya tajam.
“Saya suka sama kamu Kei” ucapnya pelan
            Belum sempat Keira berkata apa-apa tiba-tiba teman-teman yang lainya berdatangan berteriak mengucapkan ucapan selamat pada Keira disusul adiknya dari arah toilet. Buru-buru disimpan ke dalam tas kecilnya hadiah yang mengejutkan itu yang tak lain ungkapan perasaan cowok yang memang ditaksirnya.
Acara perayaan ulang tahun Keira berjalan lancar meski cewek itu kaku seperti orang kikuk dan cowok yang baru menembaknya itu juga bersikap dengan sikap yang sama. Tak pernah terbayangkan olehnya cowok yang baru saja dilihatnya beberapa bulan lalu itu ternyata telah lama menaruh hati padanya dari sejak awal masuk ke sekolah itu. Cowok itu bukan hanya pembaca komik tapi pembuat komik dari objek nyata yang hebat. Meski cewek yang ditaksirnya tak pernah menyadari keberadaannya tapi dengan melihatnya dan menggambarnya dari kejauhan itu sudah cukup untuknya dan siapa yang menduga akhirnya cowok itu bisa dikenalnya. Ini yang pertama kalinya untuk Keira berkecimpung dengan yang namanya cinta, bimbang, bingung dan dia mengelak serta ragu apa benar dia jatuh cinta? Perasaan yang membingungkan itu yang tak tahu harus dia ceritakan pada siapa secara cinta tak pernah ada dalam pikiran Keira. Peristiwa yang seharusnya membuat kebahagiaan namun ironisnya semua itu hanya membuat cewek yang satu itu berubah sikap terhadap cowok keturunan jepang pencuri hatinya. Selama ini Keira sudah berada dalam golongan murid disiplin tapi kini berubah seperti dulu lagi bukan hanya sering kesiangan tapi cewek itu cenderung murung dan sering menghindar dari teman-temannya apalagi kalau ada Yukio tak peduli sedang apa dia langsung kabur.
“Mau kemana kamu?” cegah Reki menahan lengan Keira
“Akhir-akhir ini kamu kenapa sih Kei aneh deh selalu menghilang entah kemana kayaknya enggan deh kumpul ma kita? terus tadi kamu kesiangan ko sampe ngebersihin toilet segala sih?” sambungnya melepaskan lengan Keira
“Apa sih Reki udah ah saya mau kesana dulu yah” sanggahnya kemudian langsung melesat keluar perpustakaan
            Sangat tidak enak aku meninggalkan mereka tanpa sebab tapi aku akan jadi lebih aneh jika terus berada disana. Ini titik puncak sikap anehku dan sekarang kondisi tubuhku juga mulai tidak setabil. Siang hari pulang sekolah hari Rabu seperti biasa aku menunggu Nadya, Shinta juga Diana bermain basket bersama Reki cs. Tiba-tiba ditengah permainan dunia serasa berputar pandangan jauh mengabur dan aku tergeletak ditengah lapangan. Suara terdengar riuh sepertinya orang mengerumuniku dan terlihat pula sosok yang sedari tadi asyik membaca komik hendak menggendongku tapi aku tak tahu seketika itu gelap aku tak ingat lagi. Seingatku tadi itu aku bermain basket dilapangan dan sekarang aku terbaring lemah dikamarku bersama ibu, ayah, adik-adikku, serta teman-temanku yang lain. Setelah mengetahui aku baik-baik saja ke enam temanku yang termasuk Yukio pulang karena hari mulai malam. Sungguh konyol aku yang pernah hidup di garis Equator sebut saja Lampung yang panasnya melebihi kota ini mampu menahan teriknya matahari yang panas menyengat tapi kali ini tubuhku benar-benar bermasalah karena pola makan yang tidak teratur.
            Esok hari aku berangkat sekolah bersama adikku dengan tubuh yang masih lemah dan sesampainya dikelas aku dibajiri beribu pertanyaan oleh teman-teman dekatku. Siang hari sepulang sekolah Nadya membantukku membersihkan kelas sekedar untuk meringankan dan menemaniku barang kali pingsan lagi sedangkan Shinta dan Diana izin pulang duluan. Kemudian Nadya berbicara serius setelah semuanya beres sebelum keluar kelas. Awalnya aku mengelak namun akhirnya aku ceritakan semua yang terjadi denganku dan menyebalkannya Nadya malah tertawa geli mendengar pengakuanku.
“haha..sudah kuduga sejak awal, ayo bicara saja dengannya. Tuh orangnya masih ada didepan kelasnya sekalian lewat Kei” ujar Nadya
“Tapi Nad…” tembalku ragu
“Kita ketemu dirumah Shinta ya saya lewat jalan sana” ujar Nadya yang melesat menjauh dari hadapanku
            Dengan perasaan yang bercampur aduk aku berjalan perlahan hendak melewatinya yang sedang asyik membaca komik seperti biasa. Pandanganku lurus tanganku memegangi tas selempangku  melewatinya mengurungkan niatku untuk berbicara dengannya tapi seketika itu juga suara terdengar dari arahnya yang mulai mendekatiku.
“Hai…sendirian saja Kei? Oya sepertinya sudah sehat ya sekarang” ucapnya kaku disampingku
“Yah” jawabku singkat
“Emm..saya duluan ya Kei” ucapnya lagi masih dalam kaku
“Yah” jawabku lagi
            Cowok itu berjalan mendahului tapi tak lama dia menghentikan langkahnya berbalik arah tepat dihadapanku.
“Kei, saya minta Maaf. Jika kata-kataku tempo hari membuatmu tak nyaman lupakan saja tak perlu dijawab ” ujarnya dengan kaku dan salah tingkah
“hhmm..Ini pertama kalinya buat saya jadi Maaf ya membuatmu ikutan bingung. Saya tidak akan melupakannya, kamu bisa dapat jawabannya setelah kita lulus ujian bagaimana?” tembalku sedikit menjelaskan dengan sesekali menghela nafas
“Jadi kamu tidak akan menghindar lagi?” tanyanya sumeringah
            Aku hanya tersenyum lalu kita berjalan berdampingan yang sesekali saling menatap dan tersenyum geli menuju gerbang sekolah kemudian aku menyapa pak Iwan security yang biasa membukakan pintu saat aku kesiangan
“Lho ko motornya ditinggal sih dek Yukio?” tanya pak iwan
“Oh iya pak lupa” tembal cowok yang setengah malu itu menggaruk-garuk kepalanya
            Tawaku juga pak Iwan meledak saat cowok itu berjalan menuju area parkir dan menyuruhku menunggunya didepan gerbang untuk sama-sama menuju rumah Shinta prihal belajar bareng seperti biasa.

Terinspirasi oleh sebuah film jepang disitu pemeran utamanya namanya Yukio seorang pemuda setengah hantu tapi kenapa cerita pendekku jadi seperti itu yah hahaha.. namanya juga cerita :D

                                                                                                    Karya: Niken Resminingtyas

Komentar