Senja Terakhir

“Alika sayang bangun nak, sudah siang” ucap seorang perempuan separuh baya, membuka jendela lalu mengaitkan tirainya kesamping dan duduk perlahan disamping tidur anaknya mengusap kening lalu mengecupnya dengan hangat. “Ibu” suara anak itu yang terdengar merdu mencoba bangkit dengan perlahan memeluk sang ibu dengan erat, kemudian anak itu menatap wajah itu wajah yang tak lagi kencang dan terlihat sedikit kerutan di bagian wajahnya dengan senyum indah dan dua bola mata bulat terisi air yang hendak menetes. Gadis cantik yang masih menatap sang ibu itu dengan senyum dengan cantiknya membelai lembut wajah itu wajah haru yang setiap pagi menyambutnya. Gadis itu dengan segera melukiskan sebuah senyuman dalam wajah haru itu menjadikannya senyuman yang nyata terpancar seraya memancarkan cahaya semangat pada gadis itu.
            Seorang yang nampak ceria dengan senyum yang selalu terlukis diwajahnya itu menyambut paginya dengan suka cita. Berkali-kali dia menghela nafas panjang menikmati oksigen yang masih bisa terhirup olehnya. Melangkah dengan penuh semangat menyapa setiap orang yang ditemuinya. Langkah gadis itu terhenti disebuah taman ketika dia melihat seekor kupu-kupu terbang melinasinya. Kemudian dia menadahkan kepalanya memandang langit yang cerah berwarna biru bersama senyum dan hela nafas yang nikmat memejamkan mata sejenak dengan tangan yang direntangkannya seolah dia sedang berkhayal menjadi seekor kupu-kupu cantik yang terbang menembus cakrawala dengan bebas tanpa takut akan lelah.
“Aduh..” ucap gadis itu yang seketika itu juga seluruh tubuhnya tumbang tersungkur ke badan jalan tempat dimana pejalan kaki berjalan. Dalam posisi duduk gadis itu nampak kesakitan dipegangnya dada itu yang terasa sakit karena hentakkan yang mengejutka menundukkan kepalanya mengatur nafas menahan sakit, sembari menahan sakit gadis itu menoleh kesamping mencoba mencari tahu sang pelaku yang telah menyenggolnya hingga terjatuh. Dari kejauhan terlihat sosok manusia seumuran dengannya berpostur tinggi putih serta parasnya yang tampan diiring dua teman lainya, namun tak sampai hati melihat kelakuanya yang tak sepadan dengan paras tampannya itu. Dengan tanpa rasa bersalah telah menyenggol hingga yang tersenggol itu terjatuh dia terus berlarian bercanda tawa bersama rekannya dan hanya senyum tengil yang terlihat oleh gadis itu, senyum yang tertuju untuknya senyum yang kosong tidak berarti apa-apa.
Gadis itu lalu bangkit berusaha melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Sesampainya di kelas gadis itu terkejut melihat laki-laki yang duduk dipojok kelas mengobrol riang bersama kedua temannya. Laki-laki itu yang telah menyenggolnya hingga terjatuh tadi dan ternyata dia teman sekelasnya.
“Tania, siapa orang itu?” tanyanya pada teman sebangkunya
“Oh itu Zaki namanya murid baru pindahan dari luar kota, kemarin saat kamu tidak masuk dia datang” jawab Tania
“Pantas aku baru melihatnya “ ujarnya lagi
            Obrolan itu terhenti ketika orang yang sedang diobrolkannya menatap mereka seketika itu Alika memalingkan wajahnya lurus kedepan sedangkan Tania membiarkan wajanya tetap menatap laki-laki itu, lalu laki-laki itu tersenyum pada Tania dan Tania dengan genit berkata “Alika, dia tersenyum padaku”. Alika hanya mengeryitkan dahi berkata dalam hati “tak sudi aku melihatnya setelah dia membiarkanku tadi terjatuh”.  Tania masih dalam hayalan tentangnya dan Alika sibuk membaca buku hingga guru masuk kelas dan memulai pelajaran.
            Hari-hari berikutnya berlalu dengan baik namun kata baik tidak berlaku untuk kondisi Alika, gadis itu selalu bersemangat walau terkadang kondisi tubuhnya memaksanya untuk hanya berbaring ditempat tidur. Hari ini awan pekat menyelimuti seluruh kota menjadikan suhu terasa lebih dingin dari hari-hari sebelumnya. Dingin itu bukan hal yang baik untuk Alika, gadis yang lemah lembut selalu tersenyum dan semangat itu akan terlihat lebih lemah ketika dingin melanda. Seharian gadis itu hanya berada dikelas ditemani sahabat setianya Tania.
“Hai..bolehkah aku ikut mengobrol?” tanya seorang remaja pria disamping Tania
“Zaki, boleh-boleh silakan duduk” ujar Tania semangat
            Dengan senyum laki-laki itu duduk dan memulai perbincangan
“Hai..Alika” sapanya
“Hai” jawab Alika ketus
“Em..maaf ya soal yang minggu lalu, aku tak sengaja menyenggolmu, apa kau terluka?” ucapnya lagi
“Oh jadi kamu yang membuat luka di lutut sahabatku ini! Dasar kau anak nakal tidak bertanggung jawab” ucap Tania marah
“Sudah-sudah Tan, iya aku udah maafin ko Ki tapi lain kali jangan kabur gitu aja dong !” ucapku sembari menenangkan suasana
“iya makasih ya Al, maaf Tan soal temanmu janji deh ga bakal kaya gitu lagi” ucap Zaki dengan ketakutan melihat Tania yang berdiri melototinya.
“Kupegang janjimu manisku” ucap Tania yang tiba-tiba berubah kembali memandang Zaki genit
“Temanmu ini aneh ya Al” ucap Zaki dengan wajah terheran-heran
            Alika hanya tersenyum pada Zaki dan tertawa kecil melihat tingkah Tania sahabatnya itu. Zaki yang berada tepat didepan Alika terkagum-kagum oleh kecantikan gadis itu, terpesona dia oleh manisnya senyum gadis itu yang baru pertama kalinya dia lihat. “Kau lebih manis ketika tersenyum Alika, tapi kenapa wajahmu selalu pucat ya?” cetus Zaki dalam hatinya.
            Esok harinya kondisi Alika terlihat lebih baik dengan matahari yang bersinar terang. Dan semakin hari semakin membaik begitu juga dengan pertemanan antara dia dan Zaki. Banyak hal yang tak pernah Alika lakukan yang kini dia lakukan seperti berolahraga, sebelumnya gadis itu tak pernah mengikuti mata pelajaran olahraga karena itu akan membuatnya lelah. Tapi akhir-akhir ini Alika merasa sangat baik jadi dia pikir tidak akan apa-apa jika dia melakukan hal yang dianggapnya akan lelah dan memang lelah itu tidak terjadi begitu parah seperti sebelumnya. Gadis itu merasa lebih hidup dengan kemajuannya itu. Tapi itu tidak terjadi dalam kurun waktu yang lama, suatu hari setelah Alika bermain basket tubuhnya tiba-tiba lemas dadanya terasa sakit dan rupanya jantung itu kembali menyakitinya.
“Tan, Alika mana?” tanya Zaki
“Tidak masuk, dia sakit” jawab Tania
“Sakit lagi ya, Alika sering sakit ya Tan?” tanya Zaki lagi
“Iya, bawel banget sih kamu” jawab Tania kesal sembari menyelesaikan pekerjaan rumahnya yang belum selesai dia kerjakan
“ih Tania aku kan hanya bertanya, oya Tan kira-kira Alika suka gaya sama aku?” ucap Zaki malu-malu
“Ga tau! tanya sendiri dong sama orangnya. Sudah sana pergi !” usir Tania
            Zaki yang cemberut kesal atas tingkah Tania lalu pergi menuju tempat duduknya. Sikap Tania itu adalah kekecewaan pada Zaki karena dia pikir Zaki akan menyukainya tapi ternyata Zaki menyukai Alika dan selalu Alika Alika Alika saja yang Zaki obrolkan. Kegenitan Tania tak mampu memikat hati Zaki tapi kediaman Alika mampu membuat hati Zaki luluh. “Kenapa harus Alika sih?” gerutu Tania dalam hatiya. Karena kesal Tania yang biasanya menghubungi Alika ketika dia tahu Alika sakit tapi kini tak satu kalipun Tania menghubungi Alika, sikap Tania terhadap Zaki pun berubah jutek dan itu membuat Zaki bingung. Tapi seorang sahabat pasti rindu sahabatnya sebagaimanapun dia kesalnya terhadap sahabatnya itu. Sudah lima hari berlalu dan Alika masih belum masuk sekolah maka tanpa menghubunginya Tania menengoknya kerumahnya sepulang sekolah. Ditemuinya seorang pembantu rumah tangga keluarganya Alika. Saat itu Alika sedang pergi ke dokter lalu Tania menunggu dan sedikit bertanya-tanya tentang Alika pada pembantu yang menyuguhi Tania jus jeruk juga kue pelangi. Sontak terkejut mendengar tuturan wanita itu, Tania berusaha tak percaya namun memang tak lama kemudian munculah Alika bersama kedua orang tuanya. Digendongnya Alika oleh ayahnya dalam kondisi yang lemah Alika hanya tersenyum pada Tania.
“Alika, aku rindu” ucap Tania setibanya Alika dikamar dan dengan segera memeluknya
            Dipandanginya wajah sahabatnya itu yang terlihat sangat lemah dan pucat pasi namun satu hal yang tak pernah hilang darinya yaitu gadis itu selalu tersenyum manis. Senyum manisnya itu kini terlihat sangat menyedihkan, untung saja Tania cepat sadar dari keegoisannya sehingga tidak ada kata terlambat untuk Tania tau keadaan Alika. Tania yang tadinya ingin mencurahkan kekecewaannya terhadap Zaki kini dia lupa akan hal itu, Alika harus tau kalau Zaki menyukainya pikir Tania yang masih menatap Alika
“Hei..jangan menangis aku tak suka” ucap gadis itu perlahan dengan senyum
“:Cepat sembuh, Zaki menunggumu hehe..” ujar Tania dengan sedikit menggoda Alika yang membuat keduanya tertawa
            Sore itu menyadarkan Tania kenapa sahabatnya itu sering sakit, ketika sakit tak ingin ditengok dan sahabatnya itu selalu mengalihkan pembicaraannya ketika Tania menanyakan tentang sakitnya itu. Ternyata kondisinya yang tak menentu itu cukup menghawatirkan mungkin itu salah satu alasan Alika menyembunyikan tentang sakitnya itu. Satu minggu berlalu tanpa Alika dan setelah Tania mengunjungi Alika sore itu dengan segera Tania meminta maaf atas sikap dinginya pada Zaki.
“Alikaaa…”seru Zaki mendekat menghampiri keduanya yang masih berdiri didepan pintu kelas
“Hai..” tembal Alika melepaskan rangkulan sahabatnya dan berkata lagi
“Aku bisa jalan sendiri Tan, makasih ya”
“Sudah sembuh ya, sakit apa, lama banget Al?” ujar Zaki gembira melihat Alika
            Seperti biasa Alika hanya tersenyum dan membiarkan Zaki mengoceh dengan riang gembira. Sementara masih didepan pintu Tania tertahan melihat kedua temannya itu Tania tersenyum. “Memang lebih pantas dengan Alika” ujarnya dalam hati
            Hari-hari terlewati dengan baik dengan kondisi Alika yang bersahabat. Namun lagi-lagi itu tidak bertahan lama, Alika harus kembali ke dalam kondisi yang menghawatirkan seluruh anggota keluarganya dan kini Tania juga ikut terlibat. Kembali gadis itu tidak masuk kelas dan hanya ada Tania dalam murung serta gelisah mengingat sahabatnya sedang berpacu dengan penyakitnya.
“Tania” ujar Zaki mengagetkan
“ZAKI” tembal Tania sedikit kesal
“Maaf kaget ya, lagi ngelamunin siapa sih serius amet?” ujar Zaki lagi
“Engga” jawab Tania singkat
“Sepi ya ga ada Alika, sakit apa sih dia dari dulu sering banget sakit-sakitan ya?” Tanya Zaki
“Iya sepi, tapi dia yang sakit-sakitan pasti lebih kesepian lagi disana diruangan itu” ucap Tania
“Emang dia dimana?” desak Zaki penasaran
“Di rumahnya” jawab Tania cepat dan langsung pergi menuju kelas meninggalkan Zaki yang masih kebingungan
            Esok harinya Alika belum juga kembali ke sekolah, sesekali Tania menengok ke arah Zaki yang memandangi kursi Alika dengan penuh harap Alika segera kembali dan duduk bersamanya. Terlihat laki-laki itu tidak hanya sekedar memandang tapi seperti sedang melamun, dan dengan iseng Tania melempar gumpalan kertas tepat mengenai kepala Zaki membuyarkan lamunan laki-laki itu yang kemudian Tania tersenyum puas. Sepulang sekolah ponsel Tania bergetar dan seseorang menelponya membuat Tania terlihat tersenyum kegirangan. “Alika” gumamnya kemudian berlari menuju gerbang sekolah memberhentikan taxi dengan segera masuk kedalamnya.
            Tania tak sadar kalau dibelakangnya tadi ada Zaki yang memperhatikan tingkahnya dan segera mengikuti taxi yang ditumpanginya. Zaki yang penasaran terus mengikuti kemana taxi itu melaju kemudian berhentilah taxi yang Zaki ikuti itu tepat didepan salah satu rumah sakit dikota ini. Semakin penasaran tak sabar Zaki ingin segera keluar dari taxi, “mau ngapain ya Tania disini?”pikirnya. Zaki keluar dari taxinya mengikuti Tania tanpa ketahuan, mereka melewati banyak ruangan kemudian berhentilah langkah Tania didepan sebuah ruang VIP dengan segera Tania masuk kedalamnya. Perlahan Zaki mendekati ruangan dimana Tania ada didalamnya, didepan pintu Zaki diam terpaku melihat kedalam ruangan dari balik kaca pintu.
            Laki-laki itu kemudian duduk termenung beberapa saat hingga salah seorang ada yang keluar dari ruangan itu.
“Zaki” ujar Tania di depan pintu
            Laki-laki itu masih dalam diam dan wajah tertekuk. Tania kemudian duduk menghampirinya.
“Sedang apa disini?” tanya Tania lagi
“Kenapa kau tak pernah bilang kalau Alika separah itu?” ucap remaja pria yang wajahnya masih tertekuk.
“Maaf” jawab Tania singkat
            Kemudian Tania berusaha menjelaskan serta sedikit bercerita tentang kebenaran sakitnya Alika.
“Bisakah aku bertemu dengannya?” tanya remaja pria itu lagi, dengan mengangkat wajahnya menatap Tania seolah memohon untuk bertemu
“Baiklah, tapi jangan terharu. Alika tak suka dengan keharuan.” Tania memperingatkan
            Laki-laki itu hanya mengangguk tersenyum pada Tania. Kemudian masuklah mereka berdua keruangan itu dengan Tania yang bejalan lebih dulu.
“Kau kan sudah kusuruh untuk pulang dulu kenapa kembali lagi?” ucap gadis muka pucat itu yang terbaring lemah
“Hai..” sapa Zaki yag berjalan dibelakang Tania
“Zaki” ucap gadis itu kaget berusaha bangkit dari tempat tidur namun Tania mencegah
“Tidak apa kan kalau aku mengikuti Tania? Apa kabar mu?” ujar laki-laki itu
“Oh kamu mengikuti Tania ya, dasar penguntit ulung hehe..” ucap gadis itu yang berusaha tegar meski dalam lemah tak berdaya
“Kabarku seperti yang kau lihat, aku baik” sambungnya tersenyum manis
“Oh syukur lah” ucap laki-laki itu lagi
Setelah kata itu tak ada suara lagi dari ketiga orang itu, hening tercipta beberapa saat sampai akhirnya suara keluar dari mulut Zaki yang sudah dia rasa cukup lama menahan haru dan ingin segera berlari keluar ruangan untuk berteriak jika itu bisa.
“Aku pulang ya Al” ucapnya cepat sembari membalikan sekujur tubuhnya berjalan menuju ruangan itu dan Tania mengikutinya dari belakang.
            Gadis itu cukup kuat menahan semua rasa yang ada padanya, dia hanya tersenyum sesaat Tania hendak keluar mengikuti Zaki. Dan diluar ruangan dua orang terduduk dalam keharuan, yang laki-laki menekuk kembali wajahnya menahan keharuannya dan yang perempuannya berusaha menenangkan laki-laki itu.
            Alika si gadis manis yang berjuang melawan penyakitnya dengan selalu riang dan semangat menikmati setiap waktu hidupnya yang sewaktu-waktu bisa saja terhenti. Setelah Zaki mengetahui keadaan Alika sebenarnya Tania tak lagi sendiri dalam menemani Alika di rumah sakit. Zaki yang menaruh hati pada gadis itu terlihat amat perhatian membuat kondisi gadis itu semakin hari semakin membaik. Meski Alika menyembunyikan sakitnya dari seluruh orang yang ada disekitarnya namun tidak untuk guru kelasnya yang telah mengetahui ini sejak lama. Guru kelasnya Alika dan sebagian dari teman-temannya menjenguknya dengan tidak memperlihatkan kesedihan dari mereka meski mereka telah tahu kondisi Alika yang tidak bersahabat lagi.
“Kita pulang dulu ya Al” ujar Zaki
“Jangan” jawab Alika dengan muka sedih kali ini
 “Jika besok kau tak melihatku dengan mata terbuka lagi kau mau apa?” ucapnya lagi semakin sedih
“Kamu ngomong apa sih Al, sudahlah pasti cape hari ini banyak yang jenguk mending istirahat kita akan tetap disini ya ga Tan?” ucap Zaki berusaha tegar
“iya Al istirahat aja ya, kita akan selalu ada disini” sambung Tania
“Makasih ya, maaf juga sudah merepotkan kalian selama ini” ucap Alika yang mulai kembali tersenyum
“Jika yang aku takutkan terjadi kalian jangan sedih ya, Zaki jangan cengeng Tania juga harus ingatkan Zaki untuk tidak melamun dalam kelas hehe” ucap Alika lagi
            Mereka bertiga tersenyum berbaur haru
“aku tidak cengeng” bantah Zaki perlahan hampir meneteskan air matanya
“Alika sahabatku sayang sudah ya jangan bicara yang tidak-tidak kita akan menemanimu sampai pagi kalau perlu” ucap Tania sembari memeluk Alika
            Hingga larut malam mereka menemani Alika sampai gadis itu benar-benar tertidur  barulah mereka berpamitan pada ayah, ibu serta kakanya Alika untuk pulang. Mereka tidak bisa menemani Alika sampai pagi karena esok hari mereka harus berangkat sekolah. Mereka tidak tahu kalau sesaat setelah mereka berdua meninggalkan rumah sakit Alika kembali tak sadarkan diri tapi tak satupun dari keluarga mereka yang memberi tahu Tania ataupun Zaki.
            Siang hari sepulang sekolah Tania buru-buru ke rumah sakit sendirian tanpa Zaki. Kali ini Zaki terlambat datang karena dia harus mengikuti tournament basketnya. Siang itu begitu mengejutkan Tania yang datang sendiri ke rumah sakit didapatinya gadis manis sahabatnya itu tengah dalam keadaan sangat buruk tak sadarkan diri. Tania berusaha menghubungi Zaki namun ponselnya tidak aktif. Berjam-jam berlalu Zaki tak juga datang Tania semakin panik dan semua orang yang ada diruangan itu hanya bisa berdoa untuk Alika. Tepat pukul lima sore jari Alika bergerak lalu gadis itu tersadar perlahan membuka mata memandangi wajah satu per satu dari orang-orang yang ada disampingnya itu lalu tersenyum manis dan tak sampai lima menit matanya kembali menutup serta senyumnya hilang dan tak ada gerakan lagi dari tubuhnya alat pendeteksi jantungnya pun berbunyi dengan lambang garis lurus memanjang lurus tak berliku terus bergerak maju.
            Semua orang panik dan dokterpun datang memeriksa lalu keluar ruangan berusaha menegarkan ayah dan ibu Alika. Ibu Alika berlari masuk ruangan diikuti ayahnya yang berusaha menegarkan ibu Alika. Sementara diluar ruangan dipeluknya Tania oleh kak Reza lalu datanglah sosok yang Tania tunggu, remaja pria yang teramat sangat menyayangi Alika. Dengan rasa takut yang berkecambuk di benak laki-laki itu, dia berjalan perlahan mendekati pintu yang terbuka lalu langkahnya terhenti melihat sosok yang dia cintainya telah tiada. Perlahan suster menutupi wajah pucat nan dingin itu dengan sehelai kain putih. Masih dalam diam terpaku laki-laki itu beranjak berbalik arah keluar lalu duduk dan bersandar dikursi dengan lemas tak berdaya hingga menjtuhkan rangkaian bunga yang Ia pegang. Zaki ingat kata-kata Alika kala senja itu yang ternyata menjadi senja terakhir untuknya bersama Alika. Sekuatnya dia menahan keharuan merekatkan bibirnya yang bergetar berusaha untuk tidak cengeng seperti yang dikatakan Alika dan berusaha tersenyum pada kak Reza juga Tania yang menghampirinya meski tetap saja air matanya membanjiri wajahnya tak bisa ia bendung.

Terinspirasi ketika aku ingat senja yang dingin

Karya: Niken Resminingtyas

Komentar